Bagaimana Pandangan Islam Terkait Wanita Karir yang Sudah Bersuami? Begini kata Ning Imaz Fatimatuz Zahra

GENMUSLIM.id - Wanita karir merupakan wanita yang dikenal sebagai wanita yang memiliki kemandirian dari segi finansial, memiliki pekerjaan tetap dan tentunya memiliki kecerdasan yang luar biasa.

 

Dalam pandangan Islam ada pembahasan khusus terkait wanita karir.

 

Wanita karir menurut pandangan Islam, seperti yang telah kita ketahui “status seorang wanita dalam Islam yaitu, saat lahir ia menjadi jalan syurga bagi kedua orang tuanya, saat menikah ia sebagai penyempurna separuh agama suaminya, saat menjadi ibu syurga berada di telapak kakinya”

 

Lalu bagaimana hukumnya seorang wanita karir dalam pandangan Islam?

 

 

Allah swt telah berfirman dalam Qur’an surat An-nahl ayat 97 yang artinya:

 

Dari arti tersebut sudah sangat jelas bahwa Islam memperbolehkan seorang wanita karir bekerja sesuai bakatnya. 

 

Namun, di sini kita harus tahu posisi yang di tanyakan.

 

Jika wanita berkarir itu belum mempunyai suami, maka kewajiban tersebut masih berada dalam dirinya, tetapi jika wanita karir itu sudah memiliki suami dan anak, maka dalam masalah menafkahi keluarga berubah menjadi kewajiban seorang suami, dan menjadi hak seorang istri untuk menerima nafkah tersebut.

 

 

Lalu bagaiman jika sang suami memiliki pendapatan yang kurang dari biaya hidup keluarga? Apakah seorang istri boleh ikut serta bekerja?

 

Sebagian ulama berpendapat hal ini boleh, selagi sang istri berniat membantu suami dan Allah telah menjanjikan pahala yang begitu besar.

 

Seperti contoh Dewi Aisyah dan Dewi Fatimah yang membantu suaminya dalam bekerja, pada zaman dahulu pekerjaan suami adalah menumbuk padi karena sang suami harus ikut berperang maka seorang istri boleh membantu pekerjaan suami, dari itu Allah menjanjikan pahala yang berlipat ganda bagi para istri yang bekerja dengan niat semata-mata hanya untuk membantu suami dan mencukupi kebutuhan keluarga.

 

Dikutip GENMUSLIM dari channel youtube NU Online, Rabu, 2 Agustus 2023, menurut Ning Imaz Fatimatuz Zahra, wanita karir itu tergantung akan dua hal, yaitu: bisa karena titipan atau karena memiliki kecenderungan hal itu baik dalam hal ekonomi ataupun entertainment.

 

 

Ning Imaz Fatimatuz Zahra menyebutkan bahwa wanita karir menurutnya boleh saja, asalkan wanita tersebut mampu mengelola tanggung jawabnya dengan baik, tidak ada yang dikesampingkan, mampu memahami perannya sebagai seorang wanita (menjadi seorang anak ataupun seorang isteri jika sudah menikah) dan mampu bertanggung jawab lebih atas karirnya.

 

Menurutnya start wanita berkarir dalam Islam tetap dipandang berbeda, “wanita itu selalu berada di start dua langkah di belakang laki-laki,” karena ia akan melawan stigma masyarakat dan juga karirnya sendiri.

 

Ning Imaz Fatimatuz Zahra juga menyebutkan terkait batasan-batasan wanita karir dalam Islam. menurutnya “Wanita karir itu bukan berarti menelantarkan tanggung jawabnya begitu saja,”

 

Seorang wanita harus memahami posisinya, apabila ia posisinya sebagai seorang anak maka ia wajib berkompromi dengan ayahnya, apabila ia sebagai seorang isteri maka ia wajib berkompromi dengan suaminya terkait apakah karirnya tersebut akan mengganggu kewajibannya sebagai seorang isteri.

 

 

Menurutnya, wanita sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri, jadi ia tetap butuh support system yang nantinya akan mendukung karirnya.

 

Jadi temen-temen kesimpulan artikel ini, Islam membolehkan wanita memiliki karir atau pekerjaan selagi ia masih mengutamakan kewajibannya sebagai seorang anak terhadap orang tuanya, atau seorang istri terhadap suami, atau kewajibannya sebagai ibu dalam rumah tangganya.

 

Subhanallah, betapa Allah memudahkan kita seorang wanita dalam memperoleh pahalaNya, betapa Allah sangat memuliakan seorang wanita, hingga dalam sebuah hadist di sebutkan bahwa sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah. ***