GENMUSLIM.id - Warga Palestina yang kembali ke Gaza utara setelah berbulan-bulan mengalami pengepungan kini dihadapkan pada kenyataan pahit; rumah mereka telah hancur menjadi puing-puing.
Wilayah Gaza utara telah mengalami kerusakan parah akibat serangan militer Israel. Banyak para ahli hukum dan pengamat menyebut serangan Israel ini sebagai tindakan genosida, dengan tujuan pemindahan paksa penduduk Gaza utara dan rencana kolonisasi pascakonflik.
Rencana yang dikenal sebagai "Rencana Jenderal" atau "Rencana Eiland" ini, diusulkan oleh sekelompok prajurit cadangan senior Israel, bertujuan untuk memindahkan seluruh penduduk Gaza utara dan menghentikan pasokan kemanusiaan, sehingga menciptakan kelaparan di antara mereka yang tersisa.
Akibatnya, lebih dari 5.000 orang dilaporkan tewas atau hilang, dan sekitar 9.500 lainnya terluka sejak dimulainya kampanye militer pada Oktober tahun lalu.
Dilansir GENMUSLIM dari Middleeasteye pada Minggu, 26 Januari 2025, Koresponden MEE jika melaporkan jika tentara Israel telah memaksa warga sipil yang tidak bersenjata untuk meninggalkan rumah dan tempat perlindungan mereka dengan ancaman senjata.
Fadi, salah satu penduduk Gaza utara, menceritakan bagaimana ia dan keluarganya kembali ke rumah yang telah hancur total.
Dengan hanya sebuah tenda yang dibawanya dari Gaza selatan, Fadi mengungkapkan betapa sulitnya menunggu bantuan yang tak kunjung datang.
"Pesan saya kepada dunia adalah bahwa kami tidak menginginkan apapun dari Anda. Kami hanya memiliki Tuhan bersama kami," kata Fadi.
Perkataan Fadi merupakan cerminan ketidakberdayaan mereka rakyat Palestina di tengah krisis kemanusiaan yang berkepanjangan.
Menurut laporan dari Dokter Lintas Batas (MSF), serangan Israel di utara telah membuat ribuan orang kehilangan akses terhadap makanan, air, dan perawatan kesehatan. Sejak 9 Januari, tidak ada rumah sakit yang beroperasi di wilayah tersebut, meninggalkan penduduk dalam keadaan darurat.
Baca Juga: Warga Palestina, Gaza, Menemukan Surat Mengejutkan dari Al Qassam di Tengah Kehancuran Rumah Mereka
Muhammad Dahr, seorang penduduk yang telah mengungsi selama 14 bulan, berharap bantuan kemanusiaan dapat segera masuk.
Ia mengatakan jika meski hari ini tidak bisa hidup namun tuhan selalu ada di samping mereka.