Sekretaris tersebut mengkritik larangan demonstrasi yang mendukung Palestina di beberapa negara Eropa, termasuk Jerman, Prancis, Inggris, Italia, dan AS, dengan menyebutnya sebagai "fasisme."
Ia menyebut larangan tersebut "memalukan," dengan merujuk pada insiden baru-baru ini di Jerman di mana seorang anak dikonfrontasi karena membawa bendera Palestina.
"Tidak masuk akal jika Jerman akan memburu seorang anak laki-laki berusia 10 tahun hanya karena ia membawa bendera Palestina dan dengan kasar merampasnya."
"Melarang hak untuk protes dan kebebasan berekspresi merupakan dilema besar, terutama bagi Eropa, yang mengklaim sebagai pemimpin dunia dalam hal ini," ungkapnya.
"Saya berharap masyarakat sipil di Eropa, yang menurut saya tidak setuju dengan larangan dan kekerasan tersebut, akan bereaksi," tegas pejabat itu.
"Melarang demonstrasi menentang genosida adalah hal yang mengerikan," tambahnya.
Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera, Israel terus melancarkan serangan brutal terhadap Gaza sejak Oktober lalu.
Lebih dari 41.500 orang, kebanyakan dari mereka wanita dan anak-anak, telah tewas dan lebih dari 96.000 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat. ***