Menurutnya, setiap kali musuh, dalam hal ini Israel, dipaksa untuk mengumumkan keadaan darurat atau meningkatkan siaga militer, itu adalah kemenangan tersendiri bagi Iran dan Hizbullah.
Keberhasilan ini bukan hanya dari segi militer, tetapi juga dalam melemahkan moral Israel dan memberikan dorongan psikologis kepada para pejuang Palestina yang telah lama berjuang di bawah penindasan Israel.
Perang antara Israel dan kekuatan yang didukung Iran tidak lagi hanya soal perebutan wilayah atau serangan fisik, tetapi juga soal mengendalikan narasi dan psikologi perang.
Pengaruh Iran dalam mendukung Palestina dan Hizbullah telah memperkuat posisi perlawanan di kawasan ini.
Mereka tidak hanya mengandalkan senjata, tetapi juga strategi dan psikologi yang menghancurkan kekuatan lawan dari dalam.
Konflik ini memberikan dampak signifikan terhadap masa depan Palestina.
Dengan semakin melemahnya posisi Israel dalam menghadapi Hizbullah, Palestina mendapatkan secercah harapan baru dalam perjuangan mereka.
Aliansi Iran, Hizbullah, dan faksi-faksi Palestina terus memperkuat posisi mereka, dan membuat Israel harus merombak strategi militernya dalam menghadapi ancaman di perbatasan.
Keadaan ini bisa menjadi sinyal perubahan besar di kawasan Timur Tengah.
Kekuatan Hizbullah dan dukungan Iran terhadap perlawanan Palestina semakin menegaskan bahwa konflik ini belum akan berakhir dalam waktu dekat.
Israel kini tidak hanya harus berhadapan dengan musuh di garis depan, tetapi juga menghadapi tekanan dari dalam negeri akibat protes dan ketegangan politik.
Sebuah pertarungan yang melibatkan lebih dari sekadar kekuatan fisik, tetapi juga narasi dan moralitas yang akan menentukan nasib Palestina serta stabilitas kawasan secara keseluruhan. ***
