GENMUSLIM.id—Cerpen kehidupan kali ini akan bercerita bagaimana kesalahpahaman baiknya dibahas dengan komunikasi.
Bukan sebaliknya, cerpen kehidupan tidak akan membahasa kesalahpahaman dua insan dimabuk asmara atau mabuk kabut asap.
Melainkan, tentang salah paham dibuat dalam cerpen yang harusnya menangkap sesuai realita kehidupan siapa yang bersalah.
Mari menyelami kehidupan dan berdoa semoga tidak jadi seperti ini.
Kehidupan memang selalu begini, seperti di dalam cerpen. Kadang sederhana dibesar-besarkan. Kadang besar, malah memang lebih dibesarkan.
Kebakaran hutan berulang kali terjadi, udara sudah seperti dapat diiris. Kabut asap memutihkan rasa mata, lebih dari itu seperti di negeri atas awan.
Bedanya adalah butuh air. Sedangkan awan mengumpulkan air.
Kebakaran hutan bisa jadi sebab monyet yang mencuri api dari petani, menyebabkan kabut asap dan mereka bersorak riang.
Atau di kehidupan ini memang kebakaran hutan menjadi tanda kiamat. Entahlah, itu rahasia Tuhan.
Berita setiap hari hanya tentang kebakaran hutan dan penobatan juara pertama kondisi udara yang buruk dalam kehidupan.
Kabut asap mengepul seperti akan memberikan kejutan dari sebrang sana. Para polisi mulai berjaga dan sholat memohon hujan kepada pencipta alam semesta, Allah.
Untunglah bulan mendatangkan pembawa mangkuk dan kuas untuk mencari langit supaya jadi biru.
Polisi kalang kabut setebal kabut asap, sebab sering kali bukan sekali sehari kebakaran hutan terjadi, melainkan bisa seperti makan nasi.
Helikopter sudah menelan milyar dalam sepuluh hari berputar, kebakaran hutan lama-lama masuk ke perumahan dengan hiasan rawa di ujung jalannya.
Tapi tak mengapa, hanya saja sedikit menyedihkan dikala pandangan sulit, tetapi kaki juga harus susah mendorong sebuah kuda besi yang entah kenapa tidak mau menyala.
Sempat berpikir ia termakan kabut asap terlalu banyak, berarti besok harus menggunakan masker.
Ternyata ia kurang minum bensin alias perutnya kosong.
Pak Hadi akrab disapa warga sekitar, ia bekerja membuka lahan sebagai freelance dan petani pekerjaan tetapnya.
Meskipun hanya 5 petak sawah, ia cukup senang kalo ini panennya mendapatkan pembelian yang cukup banyak uangnya.
Sawah yang lebih lebar darinya banyak mengalami panen, bukan karena kebakaran hutan atau kabut asap, melainkan El Nino yang bertamu. Katanya.
Pak Hadi tidak terlalu menggubris kiri kanannya yang merah-merah dimakan api, terus saja mendorong yang jauh hingga akhirnya sampai di rumah.
Kopi dan air putih juga cemilan sudah tersedia. Ini sebagai tanda bahwa uang saku aman, kalaupun tak aman, masih ada air putih biasa dihidangkan.
Istri pak Hadi selalu begitu, dari pengantin baru hingga kini mereka tidak menerapkan program pemerintah berupa keluarga berencana (KB).
Anak pak Hadi dan istri terdapat tiga ekor, eh orang. Mereka hanya berbeda satu tahun masing-masing. Yang paling Tua berusia tujuh tahun.
Mogok yang cukup jauh membuat pak Hadi cukup kelelahan, bahkan di kehidupan yang dimilikinya selama berapa tahun ini belum pernah mendorong sejauh itu.
Pak Hadi meletakkan punggungnya ke sandaran bangku bambu di depan rumah, menyeruput kopi dan memakan pisang goreng yang berubah menjadi nanas apabila sedang panas di mulut.
Akhirnya muncul ide dari istrinya untuk membawa bensin terus menerus sepanjang jalan akan pergi bekerja.
Pak Hadi tidak keberatan tentunya, yang terpenting baginya adalah kebakaran hutan tidak membuatnya gerah dari api sepanjang perjalanan.
Bensin nomor satu menjadi konsumsi setiap hari, bukan karena banyak uang, tetapi pengisian bensin yang hanya memiliki satu cabang terdekat dari rumah, serta hanya memiliki satu jenis.
Hampir satu bulan pak Hadi membawa bensin dan membuatnya tidak gusar ketika pulang. Hari kemudian kembali kebakaran lebih dari minum obat.
Pak Hadi tertangkap sedang membawa bensin di motornya dan dianggap sebagai oknum yang membakarnya. Pak Hadi mengelak. Percuma.
Iringan polisi menuju kantor terlihat jelas, konversi peran digelar dan diumumkan pembakar sudah ditemukan.
Di saat interogasi, pemaksaan mengiyakan dilakukan. Pak Hadi terus mengatakan tidak hingga ia lelah sendiri mengiyakan pertanyaan.
Alasan motor mogok dibuang jauh-jauh menganti konteks dengan sendiri, kebakaran hutan dan kabut asap penyebabnya bapak setengah baya yang membawa bensin untuk jajan nanti di jalan.
Istrinya menangis dan menyayangkan ide itu darinya, tidak berpikir panjang saat memberikan ide tersebut.
Persidangan kebakaran hutan dimulai, istri sudah pasrah karena kehidupan memang nyatanya tidak pernah adil. Di dalam sel penjara, Pak Hadi tidak kalah istiqomahnya.
"Dihukum 2 tahun penjara dan denda sebesar 100 juta rupiah"
Palu menyambut ucapan hakim, istri dan pak Hadi menangis seduh. Meski sudah siap akan segala kemungkinan, tapi ia tetap kaget dan menangis di pangkuan suami.
Langit masih tidak membiru, atap rumah tak lagi berasal. Kabut asap bisa menjadi kue kering peneman kopi yang tak lagi diseduh.
Sudah tak tau lagi penyidikan, sudah tak ingin lagi dengar kejadian, pak Hadi merenungi semuanya.
Kebakaran dan kabut asap masih terus ada meskipun pak Hadi tidak di kehidupan bebas lagi.***
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel.