GENMUSLIM.id- Assalamu'alaikum wr.wb., adik-adik yang shalih dan shalihah, cerpen kali ini akan mengisahkan Sekolah Islam Terpadu yang ditinggalkan oleh Bona.
Lho, memangnya kenapa ya di cerpen ini Bona sampai meninggalkan Sekolah Islam Terpadu, padahal kan sekolahnya bagus?
Yuk kita cari tahu di cerpen ini, kenapa Bona tidak ada di Sekolah Islam Terpadu!
Baca Juga: Cerpen Seri Bona : Berperan Menjadi Ahli Gizi Mandiri untuk Diri Sendiri dari Penyakit Campak
-Perlombaan di Sekolah Islam Terpadu, Sepi Tanpa Bona-
SDIT Al-Muhajirin adalah salah satu Sekolah Islam Terpadu yang paling bagus di daerahnya.
Sejak kecil Bona memang bercita-cita untuk masuk ke sekolah tersebut.
Kini Bona sudah kelas lima.
Karena keinginan yang kuat, maka Bona selalu sungguh-sungguh belajar sekolah di sana karena sudah menjadi pilihannya.
Akan tetapi ada yang berbeda saat ini.
Sekolah Islam Terpadu itu kini mengadakan perlombaan cerdas cermat yang akan diikuti oleh banyak sekolah.
Biasanya Bona selalu menjadi andalan untuk diikutsertakan dalam perlombaan tahunan itu.
Sayang sekali, sudah beberapa hari ini Bona terkena sakit Campak dan belum bisa masuk sekolah.
Guru-guru yang biasa membimbing peserta perlombaan pun jadi bingung menentukan siapa yang akan menjadi andalan pengganti.
Untuk sementara ada Ita yang seringkali mendapat nilai terbaik di kelas.
Ada juga dari kelas 4 dan kelas 3.
Baca Juga: Cerpen Aksi: Operasi Hujan Petir
Di rumah, Ita menelpon Bona sepulang sekolah.
"Iya, ada apa Ita?" tanya Bona.
"Bona, kamu sudah sembuh belum?" tanya Ita langsung menanyakan kesehatan Bona.
"Alhamdulillah, demamku sudah turun, Ta. Memangnya kenapa?" tanya Bona lagi karena curiga pada nada ujung kalimatnya Ita tadi.
"Minggu depan, akan ada cerdas cermat antar Sekolah Islam Terpadu se-Jawa Barat. Kamu cepat sembuh ya, soalnya aku sendiri. Bu Guru belum dapat penggantimu. Aku bingung nanti harus diskusi sama siapa nanti," keluh Ita.
Bona pun tersenyum miris.
Baca Juga: Cerpen Islam Kisah wali songo: Sunan Giri dalam Memelihara Keharmonisan Agama di Pulau Jawa
Memang benar, sangat sedikit di sekolahnya yang menjadi andalan cerdas cermat.
Kebanyakan bakat yang ada di Sekolah Islam Terpadu tempat mereka belajar adalah dalam hal Tahsin dan Tahfidz.
Untuk cerdas cermat, sangat sedikit yang berminat.
"Sabar ya, Ita. Mau bagaimana lagi, aku belum diizinkan masuk sekolah. Kita percaya saja pada Bapak/Ibu Guru kita, pasti mereka akan memilih peserta yang terbaik yang bisa menggantikanku," hibur Bona.
"Ya sudah, Bona. Semoga kamu cepat sembuh ya. Aku berharap apa yang kamu katakan benar," ucap Ita kurang bersemangat.
"Aamiin, terima kasih Ita," jawab Bona sebelum sambungan telepon diputus.
"Bagaimana Ta?" tanya Ati, saudari kembarnya Ita.
"Katanya demamnya sudah turun, tapi belum boleh masuk sekolah," kata Ita menjelaskan kondisi Bona kepada saudari kembarnya itu.
"Ya sudah, semoga guru-guru bisa menemukan pengganti yang lebih baik ya," hibur Ati.
Esoknya, di sekolah, Bu Guru mengumumkan akan melakukan seleksi bagi peserta cerdas cermat dari kelas 3, 4, dan 5.
Setiap kelas, mengirimkan tiga calon.
Setelah diseleksi, akhirnya didapatlah tiga calon untuk masing-masing level kelas.
Ita kini berpasangan dengan Salman dari kelas 5B, kelas di sebelahnya.
Semua peserta itu, setiap hari harus mengikuti latihan untuk memantapkan kemampuan.
"Salman, kamu bisa nggak ngerjain yang ini?" tanya Ita.
Salman hanya menggeleng.
Selama pelatihan, Ita seringkali harus mengerjakan sendiri dan malah mengajari Salman.
"Maaf ya, Ta. Aku akan belajar lebih giat," ujar Salman.
"Tentu saja, waktu kita hanya tinggal tiga hari lagi," ketus Ita.
Kalau sudah soal perlombaan cerdas cermat, Ita akan berubah menjadi anak yang tegas.
Padahal sehari-harinya merupakan anak yang lemah lembut.
"Sabar Ita, semua pasti akan baik-baik saja," kata teman-teman kelas 5A.
Tibalah hari yang ditentukan.
Ita sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi.
Namun, rupanya Salman hari ini berbeda dengan Salman beberapa hari yang lalu.
Dia tampak menguasai semua pertanyaan itu dan membuat Ita terpancing kepintarannya.
Setelah beberapa kali adu debat tentang beberapa kasus dalam soal dengan peserta lain, akhirnya mereka mendapatkan juara ke-2.
"Maaf ya, Ta. Kita tidak menjadi juara 1," ucap Salman.
"Yah, tidak buruk lah. Terima kasih ya Salman, kamu sudah berusaha keras," kata Ita penuh keikhlasan.
"Ita, Salman, kalian hebat! Aku menonton kalian sejak tadi. Salman, kamu benar-benar berbakat. Padahal kamu baru sekarang ijut cerdas cermat, tapi seperti yang sudah berpengalaman," puji Bona mengagetkan teman-temannya yang ada di sana.
"Bona! Kapan kamu datang?" tanya Ita, Salman, Rijal, Ati, Haidar, Hafizh, dan beberapa teman lainnya.
"Aku sudah boleh masuk sekolah hari ini, jadi aku bisa menonton kalian. Seru sekali tadi. Aku senang, akhirnya kita punya kandidat yang berbakat," puji Bona.
"Ah Bona, kamu bisa saja. Tahun ini kan terakhir untuk kita, tahun depan kita tidak lagi ikut perlombaan ini karena sudah kelas enam," jawab Salman.
"Ya, tidak apa-apa. Kemampuanmu itu, nanti akan berguna di sekolah menengah," jawab Bona lagi menghibur Salman.
Bona pun menyalami Salman dan mengucapkan selamat kepada Ita, serta juara satu dan tiga.
"Kupikir akan berhadapan dengan kamu lagu Bona," jawab seorang kandidat yang juara tiga dari sekolah lain yang sudah sering beradu kemampuan dengan Bona.
Mereka tertawa bersama.
Perlombaan pun diakhiri dengan penyerahan hadiah.***
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel.