GENMUSLIM.id - Aku membuka mata terbangun dari tidurku, menghela napas pelan dan segera beranjak dari tempat tidur.
Aku melihat ke seisi kamar mencari keberadan perempuan yang biasanya sudah membangunkanku.
Kinara, istriku adalah cinta pertama dan terakhir bagiku.
Aku keluar dari kamar dan menuruni anak tangga menuju ruang tengah. Berkali-kali aku memanggil namanya, tetapi tidak juga aku temukan sosoknya.
Aku berjalan ke tempat lain, taman belakang rumah. Tidak juga aku temukan sosoknya.
Yang kulihat hanyalah bunga matahari yang begitu cantik tersimpan dalam pot yang berada bersama pot-pot bunga lainnya.
Baca Juga: Cerpen Series Hujan: Kisah Renjana Perempuan Pembenci Hujan dan Segala Usaha Untuk Menyembuhkan Luka
Aku menyadari sesuatu. Satu hal yang masih belum bisa aku terima sampai sekarang.
Bunga matahari itu membuatku terduduk lemas di lantai. Aku kehilangan keseimbangan tubuhku.
Napasku tercekat dan tertahan, ada sesuatu yang menekan dadaku begitu saja. Sakit dan terus terjadi berulangkali.
Lagi-lagi aku lupa dan belum bisa terbiasa dengan semua ini.
Aku masih belum bisa menerima kepergian Kinara. Aku masih belum biasa tanpa kehadirannya.
Aku lupa dan menolak ingat, bahwa Kinara sudah tiada.
Berharap bahwa semua itu mimpi, kepergian Kinara satu minggu yang lalu adalah mimpi dan bukan kenyataan.