"Selamat ulang tahun, Pak!" seru mereka bertiga secara bersamaan.
Aku bisa melihat Hening, Bumi, dan Angin yang sudah berada di hadapanku.
Kami semua berada di taman belakang rumah, di sana sudah ada meja kecil dilengkapi dengan kue ulang tahun yang memang tidak terlalu besar.
Namun, yang membuatku tersentuh adalah teriakan dan senyuman mereka saat mengucapkan 'selamat ulang tahun'.
Baca Juga: Puisi Di Gerbong Kereta Itu: Berisi Tentang Seseorang yang Berusaha Mencintai Jalan Hidupnya
Saking sibuknya bekerja dan tugasku yang lumayan padat akhir-akhir ini, aku melupakan hari ulang tahunku sendiri.
Sebenarnya aku memang tidak terlalu suka merayakan ulang tahunku, tetapi orang-orang istimewa ini selalu saja membuat kejutan-kejutan.
Aku memeluk mereka bertiga dan mengucapkan terima kasih.
"Ning, sebetulnya ini semua enggak perlu. Beneran, dengan ada kalian di hidupku aja itu sudah berharga."
Baca Juga: Info Loker Agustus: Segera Daftar Lowongan Kerja di Wings! Buka 5 Posisi, Cek Informasinya di Sini
"Kami tahu, Mas. Kamu enggak pernah suka perayaan-perayaan seperti ini, tapi anggap aja ini cara kita buat mencintai kamu."
"Iya, Pak. Lagian kita enggak akan lempar Bapak pake telor atau tepung, kok, Pak. Iya enggak, Ngin?" Bumi yang memang mewarisi sikap jahilku tak mau ketinggalan untuk berkomentar.
"Iya, Pak. Bang Bumi bener, lagian enggak ada salahnya kita rayakan. Satu tahun sekali, lho, Pak."
Aku tertawa memeluk mereka lebih erat lagi. Malam itu aku benar-benar bahagia. Bersama keluarga kecilku.