Cerpen Series Angkasa: Sebuah Pesan Rindu Bulan Pada Matahari yang Tersimpan di Balik Sunyi

Photo Author
- Selasa, 19 September 2023 | 06:00 WIB
Sebuah ilustrasi Bulan yang diam-diam menulis pesan rindu untuk matahari seperti diceritakan dalam cerpen series angkasa ( (GENMUSLIM.id/dok: Pexels/Martin Schneider))
Sebuah ilustrasi Bulan yang diam-diam menulis pesan rindu untuk matahari seperti diceritakan dalam cerpen series angkasa ( (GENMUSLIM.id/dok: Pexels/Martin Schneider))



GENMUSLIM.id - Cerpen series angkasa kali ini bercerita tentang tokoh bernama Bulan yang menyimpan pesan rindu untuk matahari.

Sebuah pesan rindu yang bulan simpan untuk matahari di balik sunyi yang selalu teredam dan dibungkam menjadi kisah menyentuh dalam cerpen.

Bulan sang tokoh dalam cerpen memendam rindu yang cukup dalam pada matahari sampai akhirnya dia memilih menulis dan menyimpan pesan-pesan rindu dalam diam.

Apakah pesan rindu itu akan tetap tersembunyi dalam sunyi? Apakah rindu Bulan pada Matahari memang hanya berakhir menjadi luka?

Atau justru cerpen ini membawanya pada akhir yang berbeda? Ke mana pesan rindu Bulan akan bermuara? Baca dan simak selengkapnya cerpen berikut ini.

Baca Juga: Melihat Sisi Lain Hidup Dalam Perbedaan, Cerpen Kehidupan: “Ilham Cari Perhatian” Orang Tua Sayang Kalian, Nak

Cerpen Series Angkasa: Sebuah Pesan Rindu Bulan Pada Matahari yang Tersimpan di Balik Sunyi

Malam itu aku kembali menikmati sunyi seperti biasanya. Menjadi Bulan dengan cahaya yang sedikit redup dan remang-remang.

Bukan tanpa alasan, andai saja dirinya tahu tentang apa yang aku rasakan. Namun, bukankah itu hanya harapan semu? Bagaimana tidak, dia memang tidak pernah tahu apa pun tentang diriku.

Dia itu Matahari dan aku Bulan. Punya kehidupan dan cerita berbeda yang dipisahkan antara siang dan malam.

Kalau dia hidup di siang hari yang terang, aku justru sebaliknya. Terjaga di malam hari yang gelap dengan cahaya remang.

Mungkin dirinya tidak akan pernah tahu apa yang aku simpan diam-diam di balik sunyi. Ada yang benar-benar tak mau dibungkam meski tertutup senyap sepi.

Aku menyebutnya pesan rindu untuk matahari. Sebuah pesan yang aku tulis dengan rasa yang dibuat dengan komposisi cinta juga air mata.

Baca Juga: Netizen Berkumpul! Cerpen Kehidupan: Kabut Asap Buat Ribut, Kebakaran Butuh Keviralan

Pesan rindu aku pada Matahari yang tak pernah sampai meskipun sebentar saja. Bagaimana tidak? Ya, karena aku dan Matahari memang tidak bisa bertemu dan berbicara.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Zaiyana Nur Ashfiya

Sumber: Istimewa

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X