Ceramah panjang juga didapati oleh mereka dari pukul 10 sampai hampir waktu sholat Dzuhur.
Masa penjemuran diberhentikan karena pada akhirnya wajah pucat sudah mewarnai teman-teman Ilham yang berjumlah lima orang itu.
Baca Juga: Netizen Berkumpul! Cerpen Kehidupan: Kabut Asap Buat Ribut, Kebakaran Butuh Keviralan
Usai kejadian itu, tidak ada yang mau bercanda dengan Ilham, terlebih yang menjadi masalah adalah mulutnya yang sangat mencabik siapa pun.
Ilham gusar tidak memiliki teman, ia hanya bolak balik ke kumpulan kakak tingkat dan didiami juga, begitu seterusnya.
Pada suatu waktu Ilham berjalan mengiring tongkat tapi tidak digunakan, hanya digeret begitu saja
Lalu ia menjatuhkan tongkatnya ke dalam kolam, ia berteriak meminta pertolongan. Ibunya yang baru sampai langsung berlari mendekati dan menolongnya.
Sungguh khawatir wajah sang Ibu melihat anaknya menangis dan menanyakan apa yang tengah terjadi, serta bagaimana bisa tongkatnya ada di dalam kolam.
Ilham hanya bisa menangis terus menerus tanpa mengatakan apa pun, bahkan ia mendorong ibunya pergi.
Baca Juga: Cerpen Roman Singkat: Aku Hanyalah Sepatu Tua yang Kesepian Sendirian dan Kehilangan Pasangan
Ibunya ikut menangis mendapati hal tersebut, melihat situasi demikian, guru Ilham datang menenangkan situasi tersebut dan ilham berhasil ditenangkan.
Ilham dan ibunya dibawa ke kantor untuk sejenak istirahat serta minum menenangkan pikiran supaya mulai ada keterangan tentang kejadian sebenarnya.
“Yusuf dan yang lain rebut tongkat Ilham.”
Gurunya melihat dari kejauhan sedari tadi hanya tersenyum dan memegang tangan Ilham dan memulai menatapnya dengan lembut.
“Semua sayang Ilham kok, bagaimana pun keadaannya. Terutama Ibu, Ibu Pasti cemas banget kalau Ilham terus bilang soal pembullyan. Ibu gak tenang di rumah setiap Ilham ke sekolah.”
