GENMUSLIM.id— Mungkin sebagian orang akan bertanya Cerpen ini berisi tokoh Tini yang bagaimana.
Menjadikan ia wanita feminim dalam cerpen atau Tini akan menjadi wanita hijrah dari pakaian minim.
Nampaknya keduanya bukan yang akan diangkat dalam cerpen, sebab Tini saat ini sudah berpakaian tidak minim dan tidak feminim.
Daripada menebak, mari kita merebak kisah berikut ini yang sudah dibentuk menjadi cerpen. Seorang Tini yang nanti pembaca bisa berkata bagaiman ia dalam cerpen.
Baca Juga: Cerpen seri Bona: Shejek, Layanan Ojek Online untuk Muslimah, Wanita Tak Perlu Khawatir Lagi
Mari kita tinggalkan Tino yang telah masuk Rumah Sakit Jiwa di Cerpen sebelah.
Mencoba menelusuri di mana letak harta karun Tino yang ditemukan di tumpukan sampah, oknum saat itu sungguh banyak dan cerpennya sudah habis.
Ada yang berpakaian coklat, hijau coklat, jins coklat, rok coklat dan berjilbab panjang turun dari motor, lalu membayar.
Perempuan, ya ternyata Shejek namanya. Ibu itu menuruni motor dan masuk ke rumah dengan pekarangan rumah tidak ad, atau bisa dibilang rumahnya seperti bedeng.
Bukan benteng seperti acara televisi, ia tinggal sendiri, mempunyai nama Tini, serta hutang di sana sini.
Pengamanan malam ini cukup sukses dan menegaskan oknum yang mengamankan harta Karun, tanpa tahu separuh kotak bersarang dalam tas gendongnya yang semakin berat ia bawa ke sarang.
Awalnya Tini cukup sebal, sebab intrupsi mengarahkan pengamanan kepada orang gila. Membuat pertanyaan kenapa ada orang gila yang harus diamankan.
Sudah gila, ya gila saja..membuat orang tertawa atau bisa ikut channel dan mendadani orang gila.
Kembali ke cerita, Tini memandangi setumpuk perhiasan berkilau yang sesegera mungkin ia menelpon suaminya yang sangat giat mencari nafkah melalui slot.
Suami Tini bersama dua anaknya tinggal di kampung halaman semenjak mereka sekeluarga jatuh miskin, bahkan pun ini membuat Tini harus berhutang sana sini.
Herannya, Tini tidak meminta pisah malah semakin mencintai suaminya. Sekeluarga besar rukiyah Tini supaya pelet di dirinya hilang.
Ternyata tidak. Perempuan 35 tahun ini hanya ingin menyelamatkan hidup anaknya mempunyai orang tua tidak bercerai hingga nanti menikah.
Tini tidak peduli oknum mana yang mengutuknya, yang jelas ia tidak akan menghadapi kebingungan kalau-kalau harus berbagi pelaminan dengan istri baru suaminya.
Seusai mendapatkan harta Karun, ia menelpon suaminya di kampung halaman. Tini berusaha sebisa mungkin menutupi kebahagiaan diri mendapatkan rezeki nomplok.
Ia pun bilang kepada suaminya untuk memberitahu kepada lintah darat dan juga penagih hutang onlinenya untuk berkumpul di Minggu sore.
Ia akan pulang ke sana dan membawa harta Karun yang berhasil ia selipkan untuknya.
Suaminya tentu terkejut dan menanyakan dari mana ia mendapat uang banyak, Samapi mencurigai kalau Tini menjual diri.
Memang aslinya suaminya suka mabuk-mabukan, meski kelas tertulis haram dalam Al Qur'an. Tapi percuma larangan tidak akan dilakukan apabila tidak pernah membaca Al Qur'an. Tini juga.
Saat ini Tini mendengar suara suaminya seperti tengah mabuk dan lebih ke tidak jelas. Mendengar itu, Tini memutuskan sambungan telpon dan memilih menghubungi sendiri semua tempatnya meminjam uang dengan bunga-bunga.
Oknum peminjam uang tentu senang mendengar itu, meski Tini bukan penunggak, tetapi cukup banyak merepotkan saat ia meminta waktu beberapa waktu mengumpulkan uang tak sesuai besaran.
Memang dengan begitu bunga jadi tidak bertambah lagi, tapi tentu trik n akal tidak akan lumpuh untuk menguras harta Karun Tini.
Kalau bisa, seumur hidup jangan berurusan sekali pun dengan ke-riba-an yang sekarang untuk COD saja harus riba. Ujungnya biasa.
Kocar kacir semua saat hutang dan bunga berlomba mengumpulkan sanak saudaranya. Tini tidak bisa lari, ia hanya bisa terus membayar sendiri beserta susu sang anak.
Perawakannya tinggi besar, memang berbaju coklat, tetapi ia oknum security-nya saja. Bukan yang bisa bunyikan mobil tinut tinut lalu mengawal liburan.
Gaji cukuplah untuk itu, hanya setelah itu memutar otak untuk makan dan jadwal diskotik malaman suaminya yang dibilang Pampers anak.
Tini keesokan hari segera bergegas ke toko mas, menjual satu persatu emas tersebut tanpa surat.
Ia menjual di pasar yang menanyakan dari mana dapat emas. Tentu dengan tenang ia jawab warisan ayah.
Ayahnya baru saja kemarin berkunjung membawa ustadz yang membuat ia mendapat rukiyah kembali. Pulang uang biru ditempel dengan salamnya kepada ayah.
Tini tidak marah dikira gila terus menerus, yang paling penting tidak dibawa ke Rumah Sakit Jiwa.
Oknum mana yang menganggapnya gila tentu sudah barang kali hafal di luar kepala Tini, jadi apabila tiba-tiba salah satu mereka ingin main. Sudah tau ia ke mana akan berakhir.
Tini menjual dan betapa terkejutnya ia bahwa itu bukan perhiasan emas, melainkan perhiasan tiruan.
Ia cukup yakin mendengar dari orang gila bahwa harta Karun ini ditemukan di tempat sampah orang kaya.
Oknum mana yang ia percayai. Ia kembali membawa ke toko perhiasan lain dan semua berkata sama. Perhiasan ini hanyalah tiruan.
Memang orang kaya, selain rumah dan mobilnya belum tentu sudah lunas, perhiasannya bisa juga dicurigai adalah xuping.
Bisa dipakai kondangan, memancing iri orang dan bisa membuat gila beneran setelah Tini mengetahui fakta itu, panik bukan main.
Harus dibayar menggunakan harta Karun yang mana para penagih hutang yang diundang Tini. Oknum mana lagi yang harus ia pinjami uang.
Tini habis akal dan berlari ke sana ke mari mencari tempat sampah lain yang barang kali mempunyai harta Karun sungguhan.
Sampai ditemukan bekas makanan belatung membuatnya menjerit ketakutan.
Orang sekitar bingung bukan kepalang, menyangka gila Tini yang tengah di pinggir jalan.
Secepatnya menelpon petugas sosial, sudah 2 jam lamanya penelpon menunggui petugas. Tapi tidak kunjung datang juga.
Akhirnya ia memutuskan membuat viral Tini, barulah hampir saja presiden juga turun tangan.
Sepertinya harta Karun terbesar abad ini sebenarnya sosial media.
Orang yang membuat viral kemudian pulang ke rumah memesan shejek yang mengejutkan bahwa ia seorang pria. Tentunya ditolak mentah-mentah.
Karena shejek untuk perempuan saja, lagi pula orang itu membawa mobil di saku celananya, iya mobil-mobilan punya anaknya. Ia mengendarai motor 500 meter tidak jauh dari lokasi kejadian.
Suami Tini yang mendengar kabar dari sosial media dan mengenali istri tersebut ikutan gila, karena ia mengumumkan kepada warga sekampung bahwa Tini menjadi milyarder.
Semua orang berbondong-bondong menawarkannya kendaraan dan barang-barang mahal.
Tidak menyia-nyiakan oknum yang baik hati, ia mengambil semua tanpa terkecuali.
Selamat bertambah penagih hutangnya.***