Aku nyaris tertimpa pecahan kaca dan balok-balok kayu jika seseorang tidak menyelamatkanku.
"Ayo, ikut aku ke sini. Gedung ini akan meledak." Perempuan itu mengajak dan menyuruhku untuk mengikutinya.
Apa-apaan ini? Ledakan apa? Bagaimana bisa ada bom di dalam gedung ini.
"Ada apa, sih, ini sebenernya? Ini tindakan teror atau gimana?"
Bukannya menjawab perempuan itu terus berlari.
Ledakan itu terdengar lagi dan kali ini membuatku terpental hingga mengenai dinding. Aku tertimpa beberapa puing-puing bangunan dan membuat tubuhku terasa remuk.
Aku mengaduh dan perempuan itu datang menghampiriku. Panik.
Dengan terpaksa dia menyentuhku dan memapahku untuk berjalan.
"Masih kuat jalan?" tanya perempuan itu yang hanya aku balas dengan anggukan.
Aku bersyukur Tuhan masih memberi kesempatanku untuk hidup. Akhirnya aku dan perempuan itu bisa keluar dengan selamat.
Aku dan perempuan itu terduduk lemas di bawah pohon tak jauh dari gedung perpustakaan yang kini sudah nyaris hancur seluruh bangunannya.
Aku melihat ke arah perempuan berkerudung putih gading yang menatap bangunan perpustakaan dengan tatapan sendu.
"Seharusnya orang-orang jahat itu enggak menghancurkan bangunan ini. Salah satu aset pendidikan untuk orang-orang yang ingin belajar dan mengakses berbagai ilmu pengetahuan. Mereka egois."
Aku ikut menatapnya iba, baik aku maupun dirinya tidak tahu siapa yang melakukan ini. Namun, siapa pun itu mereka sudah melakukan tindakan kejahatan.
"Oh iya namaku Layla, aktivis dan pustakawan lokal. Nama kamu?"