Sedangkan contoh kemampuan bahasa ekspresif adalah anak dapat mengungkapkan keinginan atau perasaannya kepada lawan bicara.
- Kognitif
Bermain seringkali dianggap hal yang sepele. Namun ternyata anak dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya melalui aktivitas ini.
Bermain membuat anak belajar sebuah konsep, contohnya bermain lego/balok.
Tidak hanya sekedar menumpuk balok, permainan ini juga membuat anak belajar konsep matematika, seperti bentuk simetris, bangun ruang, dan berhitung.
Baca Juga: Seputar Parenting: 7 Hal yang Dibutuhkan oleh Anak Laki-laki dari Sosok Ayahnya di dalam Rumah
- Sosio-emosional
Perkembangan sosio-emosional anak usia dini berada pada tahap egosentris. Maksudnya adalah anak melihat dirinya sebagai pusat dunia.
Mereka menganggap bahwa apapun yang mereka katakan dan lakukan adalah hal yang paling benar.
Dengan bermain, anak-anak belajar melihat sesuatu dari sudut pandang lain, yaitu teman mainnya.
Contohnya, anak belajar negosiasi ketika harus berbagi mainan dengan teman mainnya.
Selain itu, mereka juga akan belajar konsep pemecahan masalah (problem solving).
Saat bermain bersama, konflik antara anak dan temannya bisa terjadi. Hal ini mendorong mereka untuk mencari cara agar bisa bermain bersama tanpa ada yang tersakiti.
- Fisik
Bermain dapat menstimulasi panca indra anak. Ketika anak bermain dengan mainan,
Ia dapat merasakan tekstur mainannya dengan indra peraba, apakah keras, lunak, kasar, halus, dan lainnya.
Anak juga seringkali memasukkan benda ke mulutnya untuk mengetahui rasa dan tekstur. Pada saat inilah ia mengaktifkan indra pengecapnya.