“Ada kalanya listrik di otak perlu dinormalkan dulu dengan obat. Tapi kalau masih bisa diatasi dengan mengenal watak dan mendekatkan diri kepada Allah, kenapa tidak coba itu dulu?” tegasnya.
Watak pemikir, misalnya, sering kali membuat seseorang tenggelam dalam pikiran negatif dan cenderung overthinking.
dr Aisah menjelaskan, mengenali bahwa sifat pemikir adalah bagian dari watak seseorang dapat membantu penderita menerima dan mengendalikan kebiasaan tersebut dengan lebih baik.
Ketika pemahaman ini sudah tertanam, penderita bisa lebih bijak dalam menyikapi pikiran negatif yang muncul.
BPD juga bisa dipicu oleh trauma masa kecil atau pola asuh yang tidak sehat.
Dalam hal ini, dr Aisah menyarankan para orang tua untuk memperbaiki komunikasi dengan anak-anak mereka agar trauma tersebut tidak berlanjut ke masa dewasa.
Meminta maaf kepada anak atas kesalahan yang pernah dilakukan, menurut beliau, adalah langkah awal untuk memperbaiki memori dan hubungan emosional.
Cara ini bukan hanya bermanfaat bagi anak tetapi juga memberikan healing bagi orang tua itu sendiri.
Menurut dr Aisah, langkah preventif seperti manajemen emosi dan perencanaan aktivitas sehari-hari juga sangat penting agar seseorang tidak mudah terpancing emosi.
Ia mengingatkan bahwa dengan merencanakan kegiatan sejak malam hari, seperti menentukan prioritas pekerjaan, seseorang bisa mengurangi stres dan emosi negatif.
Baca Juga: Tips Ustadz Adi Hidayat untuk Ketentraman Jiwa! Atasi Kecemasan Berlebihan dengan Amalan AlQuran
Ini sangat relevan, terutama bagi ibu rumah tangga yang sering kali merasa kewalahan dengan rutinitas harian.
Dengan menggabungkan pemahaman watak, ibadah, dan komunikasi efektif, dr Aisah berharap penderita BPD dapat menjalani hidup yang lebih tenang tanpa harus bergantung pada terapi atau obat-obatan kecuali dalam kondisi darurat.
Langkah-langkah sederhana ini menjadi solusi Islami yang tidak hanya bermanfaat bagi penderita tetapi juga menguatkan hubungan dengan Allah dan sesama manusia. ***