GENMUSLIM.id - Di Indonesia akibat masih kentalnya budaya patriarki yang mana laki-laki hanya bertanggung jawab pada urusan nafkah, sedangkan untuk urusan mengurus anak menjadi tanggung jawab perempuan. Hal ini menjadi penyebab tingginya angka fatherless di Indonesia.
Tak hanya budaya patriarki, tingginya kasus perceraian di Indonesia juga menjadi penyebab tingginya keadaan fatherless di Indonesia.
Sebagaimana laporan Badan Pusat Statistik Indonesia menyatakan bahwa kasus perceraian di tahun 2022 meningkat mencapai 516.344 kasus.
Dengan alasan tersebut tak heran jika Indonesia dinobatkan sebagai negeri tanpa ayah nomor 3 di dunia. Karena dalam kasus perceraian biasanya anak menjadi hak asuh ibu.
Dilansir GENMUSLIM melalui akun Instagram ayahberkisah.id menyatakan bahwa fatherless adalah kurangnya kontribusi fisik dan jiwa ayah berada di rumah.
Jika memang kehadirannya ayah ada, perannya ada, beruntung sekali keluarga itu menjadi keluarga kecil yang tidak mengalami fatherless.
Fakta menyebutkan bahwa di Indonesia itu hanya memiliki waktu kebersamaan ayah dengan anaknya hanya 65 menit dalam sehari.
Jika ayah masih saja tergoda mementingkan hal lain dibandingkan bercengkerama dengan istri dan bermain dengan anak.
Maka jangan salahkan data jika Indonesia masih bertahan dalam urutan ketiga teratas negeri tanpa ayah.
Jangan pernah sia-siakan family time dengan menikmati kesengangan sesaat. Meskipun hanya mengobrol, mendongeng, senda gurau, membaca buku, makan bersama dan mendengarkan curhatan istri. Kegiatan seperti itulah yang membentengi dampak dari fatherless.
Ketika ayah tidak hadir, tidak berperan dalam pengasuhan maka kasus-kasus kenakalan remaja kian merajalela.
Karena mereka kehilangan sosok ayah yang menjadi teladan di rumah, tidak ada kedekatan ayah dengan anak, dan lebih parah lagi ayah di rumah dianggap sebagai masalah.