Ini termasuk marah berlebihan, hukuman fisik, atau membuat anak merasa tidak berharga.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak sering kali dijadikan pelampiasan kemarahan orang tua, yang dapat menyebabkan trauma emosional.
Anak-anak yang sering dihukum atau dicerca karena kesalahan mereka akan mengalami ketidakpercayaan diri dan rasa takut untuk mencoba hal baru.
Mereka mungkin akan menghindari tantangan dan enggan untuk mengungkapkan pendapat, yang pada akhirnya menghambat perkembangan potensi mereka.
Anak-anak yang merasa terancam atau dihukum akan cenderung menyembunyikan kesalahan mereka dan bahkan berbohong untuk menghindari hukuman lebih lanjut.
3. Mengukur Kasih Sayang dengan Uang
Masalah ketiga adalah kebiasaan orang tua di Indonesia yang sering mengukur kasih sayang dengan pengorbanan finansial.
Misalnya, ketika orang tua sering mengungkit biaya pendidikan dan pengeluaran lainnya kepada anak sebagai bentuk "pembayaran" untuk kasih sayang mereka.
Ini menciptakan pola pikir bahwa kasih sayang dan dukungan finansial adalah hal yang bisa dipertaruhkan atau dibayar.
Orang tua perlu memahami bahwa kasih sayang tidak seharusnya diukur dengan seberapa banyak uang yang dikeluarkan.
Kasih sayang yang tulus dan dukungan emosional lebih penting daripada pengeluaran finansial.
Membandingkan pengorbanan finansial dengan pencapaian anak dapat menimbulkan rasa bersalah pada anak dan merusak hubungan antara orang tua dan anak.
Pendidikan anak yang efektif memerlukan pendekatan yang sehat dan penuh kasih sayang.
Orang tua perlu menghindari praktik-praktik yang dapat merugikan perkembangan anak, seperti melarang mainan, menggunakan emosi negatif, atau mengukur kasih sayang dengan uang.