Menurut data UN WOMEN, pada tahun 2050, sebanyak 158 juta perempuan dan anak perempuan mungkin akan jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem sebagai akibat langsung dari peningkatan suhu global yang berkelanjutan.
Kedua hal inilah yang sering menjadi kekhawatiran para pasangan yang memilih childfree di masa depan apabila memiliki anak.
"Generasi muda punya kesadaran diri saat memilih tidak menikah meskipun hidup sudah mapan, bukan semata-mata karena mengutamakan karier. Salah satunya, tidak ingin punya anak atau childfree." Ungkap Ester Lince Napitupulu.
Mereka yang memilih childfree memang secara biologis bisa memiliki keturunan, akan tetapi, mereka membuat pilihan childfree atas dasar kondisi psikologis, sosial, hingga ekonomi.
Sebagian kecilnya mungkin terkait dengan perilaku peduli terhadap lingkungan.
Dalam jangka pendek, childfree mungkin bisa meringankan beban anggaran pemerintah karena subsidi pendidikan dan kesehatan untuk anak-anaknya menjadi berkurang.
Akan tetapi, dalam jangka panjang, kesejahteraan perempuan yang memilih childfree kelak di usia tua akan berpotensi menjadi tanggung jawab negara.
Kendati demikian, besaran persentase Indonesia juga masih memegang erat ideologi yang menjadikan peran ibu sebagai sesuatu yang alami dan penting bagi seorang perempuan, dengan memberikan kewajiban moral dan patriotik terhadap perempuan untuk bereproduksi (memiliki anak).
Sehingga angka kelahiran masih berada pada angka 2,18 poin, BKKBN nilai bahwa ini terhitung belum menghawatirkan. ***