Basnang Said juga menegaskan bahwa penguasaan teknologi di pesantren bukan sekadar tuntutan zaman, tetapi juga menjadi salah satu cara untuk mempertegas kontribusi pesantren dalam membangun masyarakat.
Dengan fleksibilitas budaya pesantren yang adaptif, ia yakin bahwa pesantren akan semakin berperan penting dalam membentuk generasi santri yang tidak hanya religius tetapi juga kompeten secara intelektual.
Melalui Imtihan Wathani berbasis CBT ini, pemerintah berharap dapat menciptakan model pendidikan pesantren yang lebih modern tanpa kehilangan esensi tradisionalnya.
Ujian ini diharapkan menjadi tonggak baru dalam meningkatkan mutu pendidikan diniyah formal, sekaligus memperkuat integrasi pesantren dalam sistem pendidikan nasional.
Langkah ini juga menjadi simbol bahwa pesantren tidak hanya menjadi tempat pembelajaran agama, tetapi juga institusi yang mampu menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan era digital.
Dengan komitmen pada nilai-nilai agama, teknologi, dan inovasi, pesantren dapat terus berkontribusi dalam membangun bangsa yang religius, berdaya saing, dan progresif.
Imtihan Wathani 2025 menegaskan langkah maju pesantren dalam dunia pendidikan. Dengan partisipasi ribuan santri dari berbagai provinsi, ujian berbasis CBT ini menjadi bukti nyata transformasi digital di dunia pesantren.
Pesantren kini tidak hanya menjadi simbol tradisi keagamaan, tetapi juga pusat pembelajaran modern yang memadukan nilai-nilai religius dan teknologi untuk mencetak generasi yang siap menghadapi masa depan.***