GENMUSLIM.id - Ujian nasional atau Imtihan Wathani untuk Pendidikan Diniyah Formal (PDF) di pesantren akan mulai dilaksanakan pada 28 Januari hingga 2 Februari 2025.
Ujian ini mengadopsi Computer Based Test (CBT) sebagai langkah strategis dalam mendukung transformasi digital pesantren di Indonesia.
Penggunaan teknologi ini menjadi bukti nyata bahwa pesantren mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisional yang menjadi identitasnya.
Dikutip oleh GENMUSLIM dari kemenag.go.id pada Senin, 27 Januari 2025 Menurut Direktur Pesantren, Basnang Said, ujian ini diselenggarakan untuk dua jenjang pendidikan, yaitu ulya (setara SMA) dan wustha (setara SMP).
Baca Juga: KEMENAG Luncurkan Panduan Makan Bergizi Gratis di Pesantren: Pemenuhan Gizi Plus Penanaman Karakter!
Jadwal ujian untuk jenjang ulya berlangsung pada 28 hingga 30 Januari 2025, sementara ujian jenjang wustha dijadwalkan mulai 31 Januari hingga 2 Februari 2025.
“Dengan sistem CBT, pesantren menunjukkan bahwa kita bisa maju tanpa meninggalkan identitas. Sarung dan peci tetap menjadi ciri khas, tetapi penguasaan teknologi adalah keharusan,” ujar Basnang Said dalam pernyataannya di Jakarta, Sabtu, 25 Januari 2025.
Basnang optimistis bahwa pesantren memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap transformasi digital.
Selain itu, ia mendorong pesantren untuk aktif memanfaatkan berbagai kanal media sebagai sarana publikasi, guna meningkatkan eksistensi dan visibilitas pesantren di tengah masyarakat.
Kasubdit Pendidikan Mu’adalah dan Pendidikan Diniyah Formal (PM-PDF), Endi Suhendi, mengungkapkan bahwa sebanyak 11.077 santri akan mengikuti Imtihan Wathani tahun ini. Jumlah tersebut terdiri atas 4.438 santri jenjang ulya dan 6.639 santri jenjang wustha.
Baca Juga: Kemenkomdigi Membuat Program untuk Memasang 5.400 Titik Internet di Pesantren dan Madrasah
“Sebanyak 138 satuan pendidikan PDF dari 16 provinsi ikut berpartisipasi dalam ujian ini. Jumlah tersebut terdiri dari 77 satuan pendidikan PDF ulya dan 61 satuan pendidikan PDF wustha. Harapan kita, hasil ujian tahun ini dapat melampaui standar minimum yang telah ditetapkan, sekaligus lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya,” jelas Endi.
Penggunaan sistem CBT dalam ujian ini mencerminkan kemajuan signifikan dalam sistem pendidikan pesantren.
Transformasi digital di lingkungan pesantren tidak hanya meningkatkan efisiensi proses pembelajaran, tetapi juga memperkuat posisi pesantren sebagai lembaga pendidikan yang mampu mencetak generasi muda yang unggul, berdaya saing global, dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai agama.