GENMUSLIM.id - Pondok pesantren dengan seabrek keilmuan yang dipelajari tak bisa lepas dari pelajaran nahwu shorof. Dua ilmu ini teramat penting dalam rangka menguasai bahasa Arab secara holistik.
Dalam ilmu nahwu, sebuah kata digolongkan menjadi tiga, yakni isim, fi'il, dan huruf.
Selanjutnya, isim bila ditinjau dari sisi jumlahnya diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu isim mufrod, isim tasniyah, dan isim jamak.
Isim jamak itu sendiri bila diperinci digolongkan menjadi tiga, yakni jamak mudzakkar salim, jamak muannas salim, dan jamak taksir.
Berbicara mengenai jamak taksir, ia merupakan jamak yang yang pecah dari bentuk mufrodnya. Jama' jenis ini secara umum tidak memiliki aturan baku.
Baca Juga: Mahasiswa Bahasa Arab Wajib Tahu Pentingnya Memahami Perbedaan Fi'il Madhi dan Fi'il Mudhari'!
Jamak taksir dalam ilmu nahwu juga didefinisikan dengan:
كُلُّ جَمْعٍ تَغَيَّرَ فِيْهِ نَظْمُ الْوَاحِدِ وَ بِنَاؤُهُ
Artinya: “Setiap bentuk jama’ yang berubah susunan bentuk mufrod-nya dan juga konstruksinya."
Jama' taksir terbagi dua bagian: jama' qillah (minor plural) dan jama' katsrah (mayor plural).
Jama' qillah adalah isim yang menunjukkan hitungan tiga sampai sepuluh.
Sedangkan jama' katsrah adalah isim yang menunjukkan hitungan di atas sepuluh sampai tidak ada batasannya.
Jamak taksir dapat diketahui dengan mendengarkan kalam (perkataan) orang Arab atau menghafalkan dari kamus.
Dalam banyak kasus, terdapat kata yang memiliki lebih dari satu bentuk jamak taksir, seperti kata ٌطَالِب (penuntut ilmu). Ia memiliki dua bentuk jamak taksir, yaitu طَلَبَةٌ dan طُلَّابٌ.