“Sekolah ditutup ini ada dampaknya terhadap siswa. Kami sudah cukup sabar, namun kesenjangan yang kami rasakan dengan ASN lain semakin lebar.
Kami sudah melakukan rapat dengan dewan, namun sampai sekarang belum ada kejelasan,” kata Florentina, yang terlihat resah dengan ketidakpastian yang terjadi.
Selain itu, aksi mogok ini juga mencerminkan keresahan mendalam yang dialami oleh para guru, terutama yang berstatus PTT, yang merasa terabaikan dan tidak mendapatkan perhatian yang seharusnya dari pemerintah daerah.
Meskipun perjuangan ini menghambat aktivitas pendidikan siswa, para guru menegaskan bahwa mereka tidak akan mundur sebelum ada solusi yang adil dan merata.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah daerah terkait tuntutan para guru.
Para pendidik berharap aksi mogok ini dapat mendorong pihak berwenang untuk segera memberikan solusi yang adil dan memperhatikan kesejahteraan para guru, terutama dalam hal kenaikan TPP yang lebih merata dan sesuai dengan kontribusi mereka dalam dunia pendidikan.
Para guru di Mahulu hanya ingin diakui dan diperlakukan dengan adil, seiring dengan peningkatan kualitas pendidikan yang mereka berikan kepada siswa-siswi di wilayah tersebut. ***