GENMUSLIM.id - Kasus bullying santri Kediri, Bintang Balqis Maulana oleh 4 seniornya di Pondok Pesantren Tartilul Quran (PPTQ) Al Hanifiyah Kediri menjadi alarm keras bagi pesantren yang merupakan pendidikan bebasis keagamaan.
Bintang Balqis Maulana santri Pondok Pesantren Tartilul Quran (PPTQ) Al Hanifiyah Kediri sempat meminta tolong kepada ibunya melalui pesan WhatsApp dan meminta untuk dijemput.
Para pelaku bullying yakni 4 senior Bintang Balqis Maulana di Pondok Pesantren Tartilul Quran (PPTQ) Al Hanifiyah Kediri mengaku memukul korban karena Bintang susah dinasihati, terutama soal kewajiban salat berjamaah.
Namun, menurut keterangan saksi, yakni Nahar (sepupu korban) ternyata pelaku bullying kerap iri dengan Bintang Balqis Maulana yang sering mendapatkan kiriman uang dari orang tuanya yang bekerja di luar kota.
Berbeda dengan di sekolah formal yang hanya berlangsung setengah hari, di pondok pesantren, anak-anak mungkin terus menemui pelaku bullying hingga 24 jam, setiap hari. Waktu-waktu yang panjang ini dapat menjadi peluang bagi pelaku untuk melancarkan aksi mereka.
Tidak hanya bullying, pesantren yang dikenal dengan pendidikan berbasis agama juga terdapat kasus darurat seperti kekerasan, homoseksualitas hingga pemerkosaan.
Tercatat di tahun 2023 lalu, terjadi kasus pelecehan dan pemerkosaan oleh kyai terhadap santrinya seperti pesantren di Jember, Jombang, Semarang, Purwakarta, dan Riau.
Kasus homoseksualitas pun rawan terjadi di pesantren. Konselor seks dr SpOG MARS Boyke Dian Nugraha mengungkapkan saat berkunjung ke kantor vidio.com bahwa sekolah untuk anak laki-laki dan perempuan hanya didasarkan pada salah satu jenis kelamin.
Inilah sebabnya mengapa penyimpangan seksual paling sering terjadi di pesantren.
“Namun hal ini juga berarti bahwa mereka tidak memiliki pendidikan seks yang memadai. Hal ini juga menunjukkan bahwa mereka belum menerimanya,” imbuhnya.
Berdasarkan riset mendalam secara langsung ke beberapa pondok pesantren dengan masalah darurat yang hampir sama, didapatkan point penting sebagai berikut:
- Orangtua sebagian besar salah niat menempatkan anak-anak ke pesantren.
Menempatkan anak ke pesantren sebagai bentuk hukuman atau sebagai cara ingin lepas kendali lalu menyerahkan tanggung jawab pengasuhan sepenuhnya ke pesantren.