GENMUSLIM.id — Seharusnya pertengkaran dalam keluarga tidak perlu terjadi. Apalagi jika didengar atau dilihat oleh anak. Karena, pertengkaran itu melibatkan emosi tinggi.
Pertengkaran yang terjadi pada orang tua bisa dipicu oleh kedua pihak yang tidak mau mengalah alias mau menang sendiri sehingga tidak menemukan penyelesaian masalah.
Justru yang terjadi masalah akan semakin bertambah. Sehingga dengan terpaksa anak akan mendengar, bahkan menyaksikan semua yang tidak baik dari pertengkaran itu.
Bukannya perlakuan parenting yang benar yang didapatkan oleh anak, malahan kondisi psikis anak juga ikut terguncang karena pertengkaran orang tua.
Biasanya pertengkaran dimulai dengan saling meremehkan, kemudian menyalahkan, dan lama-lama mengancam.
Sebagian orang malah mentolerir pertengkaran itu. Mereka beralasan bahwa pertengkaran itu adalah bumbu rumah tangga.
Pertengkaran boleh saja dilakukan orang tua, asalkan jangan dilakukan di depan anak. Karena pada saat terjadi pertengkaran anak akan merasa takut, sedih, dan tidak aman.
Anak pun menjadi bingung. Pada saat pertengkaran terjadi, sebenarnya orang tuanya sedang menempatkan si anak dalam sebuah dilema.
Ia bahkan tidak tahu harus memihak siapa. Ia juga tidak mengerti; siapakah yang benar dan siapakah yang salah.
Perasaan tidak nyaman pun kerap melanda karena anak melihat nilai-nilai baik yang melekat pada keluarga menjadi hilang.
Perkataan, sikap, dan tindakan si anak akan menjadi berbeda dari biasanya. Ia bahkan tidak paham mengapa kata-kata kasar bisa keluar dari mulut keduanya.
Pertengkaran bisa menimbulkan trauma bagi anak. Karena si anak sering mendengar suara lengkingan dan pekikan dengan nada tinggi.
Baca Juga: Teladan Parenting: 12 Adab Makan yang Diajarkan Rasulullah SAW, Yuk Coba Terapkan Bersama Anak