GENMUSLIM.id - Program makan siang gratis telah ditetapkan sebagai salah satu agenda prioritas pemerintahan Prabowo-Gibran dan akan mulai dilaksanakan pada Januari 2025.
Pemerintah telah menyiapkan anggaran puluhan triliun untuk mendukung pelaksanaan program ini di tahun depan.
Anggaran tersebut akan digunakan untuk menyediakan makanan gratis bagi anak-anak yang bersekolah mulai dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).
Setiap anak akan mendapatkan satu porsi makanan gratis setiap harinya, yang diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi mereka.
Ikeu Tanziha, Staf Ahli Kepala Badan Gizi Nasional, menjelaskan bahwa makanan yang diberikan melalui program ini akan disesuaikan dengan standar gizi yang telah ditetapkan.
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa anak-anak tidak hanya mendapatkan makanan, tetapi juga nutrisi yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka secara optimal.
Dilansir dari YouTube FMB9ID, Selasa 7 Desember 2025 "Jadi standar gizinya kita bisa makan pagi atau siang tergantung pada kebiasaan di sana. Kalau anak-anak di sana itu tidak pernah sarapan, mungkin kita lebih ke makan pagi. Tapi kalau anak-anak itu makan pagi, mungkin kita lebih menyediakan makan siang," ucapnya dalam media briefing Makan Bergizi Gratis.
"Standar gizinya untuk makan pagi sebesar 20 sampai 25 persen angka kecukupan gizi. Kalau makan siang 30-35 persen," lanjutnya lagi.
Baca Juga: Dua Politisi Nasdem Beri Sorotan untuk Makan Bergizi Gratis (MBG): Perlu Pengawalan dan Evaluasi
Menu makanan yang akan disajikan dalam program ini nantinya dirancang agar sesuai dengan budaya dan preferensi kuliner di masing-masing wilayah.
Sebagai contoh, daerah Padang akan menyediakan makanan khas Padang, sementara daerah Sunda akan mengutamakan menu dengan cita rasa khas Sunda.
Pendekatan ini bertujuan untuk memastikan anak-anak menikmati makanan yang mereka konsumsi dan meminimalkan risiko makanan terbuang sia-sia.
Ikeu Tanziha, Staf Ahli Kepala Badan Gizi Nasional, menjelaskan bahwa penyesuaian menu tidak hanya berdasarkan preferensi regional, tetapi juga memperhatikan kebutuhan spesifik anak-anak.