Menyelami Kasus Kematian Dokter Aulia di UNDIP, Inilah Pro Kontra yang Terjadi di Dunia Pendidikan Dokter Spesialis

Photo Author
- Jumat, 20 September 2024 | 20:42 WIB
Kasus bunuh dirinya Dokter Aulia Risma Lestari menyisakan beberapa fakta pilu (Foto: GENMUSLIM.id/dok: UNDIP)
Kasus bunuh dirinya Dokter Aulia Risma Lestari menyisakan beberapa fakta pilu (Foto: GENMUSLIM.id/dok: UNDIP)

Bentakan saat Praktik

Selain insiden jatuh ke selokan, Malinah mengungkap sering mendengar curhatan putrinya yang mendapat bentakan saat menjalani praktek di RSUP Kariadi bersama mahasiswa PPDS Anestesi lainnya.

Malinah menegaskan insiden tersebut membuat mendiang anaknya ketakutan.

"Termasuk bentak-bentakan. Sementara saya biasa mendidik anak saya dengan cara halus, lemah lembut," kata Malinah.

"Begitu masuk PPDS, dididik dengan cara kasar, suara melegam-legam, anak saya jadi ketakutan," pungkasnya.

Fenomena perundungan yang diungkap ibunda dari Dokter Aulia dalam program pendidikan dokter spesialis, telah mendapatkan perhatian khusus dari organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Terkhusus, IDI menyoroti fenomena stress yang dialami dokter residen atau dokter umum yang sedang melaksanakan pendidikan dokter spesialis.

Baca Juga: Terjadi Lagi, Bullying Terhadap Siswa di SMK Gorontalo, Intip Sejumlah Kasus Serupa yang Dapat Dijadikan Pelajaran

Pendidikan Dokter Spesialis dari Kacamata IDI

Berdasarkan penelitian 'Kemelut Depresi Calon Dokter Spesialis' oleh Darmono pada April 2024, mengungkap ihwal program pendidikan dokter spesialis.

Darmono mengklaim hubungan senior dan junior dalam pendidikan magang merupakan hubungan kekeluargaan.

Menurutnya, hubungan kekeluarga itu berpengaruh dalam proses pematangan diri sebagai dokter.

"Proses pematangan diri sebagai dokter sebenarnya merupakan hubungan dialektis aktif, yang menjadi wujud aktualisasi diri dan proses beradaptasi dalam melayani orang sakit," kata Darmono.

Tantangan dalam Mengikuti Pendidikan Dokter

Darmono mengatakan, ketika peserta mengikuti pendidikan dokter setelah melalui saringan yang ketat, mereka diwajibkan mempunyai kemampuan akademis.

Selain itu, peserta juga dituntut mampu menjaga moral dan etika, serta mempunyai keterampilan tinggi.

Hal ini juga termasuk dalam sinergi ajaran lisan dan tulisan yang menjadi budaya kerja sebagai dokter.

"Seorang calon dokter spesialis harus mampu membagi waktu untuk pendidikan, keluarga, dan bahkan lingkungan kerja yang penat, ketat, dan padat," tegasnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Muhammad Reza Nurcholis, S.Si

Sumber: Konferensi Pers, IDI Org

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X