قُلْ اَرُوْنِيَ الَّذِيْنَ اَلْحَقْتُمْ بِهٖ شُرَكَاۤءَ كَلَّا ۗبَلْ هُوَ اللّٰهُ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
Artinya: Perlihatkanlah kepadaku sembahan-sembahan yang kamu hubungkan dengan Dia sebagai sekutu-sekutu(-Nya), tidak mungkin! Sebenarnya Dialah Allah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
Sebagai utusan Allah, Rasulullah SAW meyakini bahwa beliau adalah orang yang diberikan petunjuk dan para penyembah berhala itu sesat.
Namun, Rasulullah tidak merasa benar sendiri dan tetap memberikan kesempatan kepada orang-orang kafir untuk mengeluarkan argumennya.
Jika para penyembah berhala itu tidak sanggup membuktikan, maka mereka akan mengakui Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, bukan berhala sesembahan mereka.
Menghindari pernyataan “Saya benar, kamu salah”
Allah SWT adalah pemilik keadilan tertinggi, maka jangan sampai mengatakan kepada lawan debat,”Saya akan jelaskan apa yang benar dan yang kamu lakukan itu salah.”
Lebih baik untuk mengatakan kepada lawan debat,”Salah satu dari kita benar dan yang lain salah, jadi mari kita berdialog. Ayo kita mencari tahu siapa di antara kita yang benar dan ikutilah jalan Allah SWT.”
Di dalam Al-Qur’an Surah Saba’ Ayat 24:
وَاِنَّآ اَوْ اِيَّاكُمْ لَعَلٰى هُدًى اَوْ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
"....dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata."
Ayat tersebut tidak secara langsung menyalahkan orang musyrik atas kesesatannya. Akan tetapi menyebutkan salah satu dari kedua belah pihak ada yang benar dan salah.
Imam Syafi'i juga mengatakan terkait hal ini,”Pendapat saya benar dan mungkin salah, serta pendapat lawan saya salah dan mungkin benar. Saya tidak pernah berdebat dengan siapapun kecuali saya ingin apa yang benar itu ada di lisannya.