Makna berikutnya dari potongan doa tersebut adalah *wabika amantu* yang berarti “Kepadamu aku beriman.”
Menurut Ustadz Khalid, iman adalah dasar agama, mencakup enam rukun iman: percaya kepada Allah, malaikat, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta takdir baik dan buruk.
“Dengan beriman bahwa segala sesuatu adalah ciptaan Allah, kita kembali pada sikap aslamtu tadi, yaitu berserah diri,” jelas Ustadz Khalid.
Wa’alaika Tawakkaltu: Arti Tawakal dalam Islam
Pada bagian wa’alaika tawakkaltu, yang berarti "Kepadamu aku bertawakal," Ustadz Khalid menekankan bahwa tawakal adalah usaha yang diiringi dengan penyerahan diri kepada Allah atas hasilnya.
Tawakal berbeda dengan tawakul, yaitu pasrah tanpa usaha, yang dianggap keliru dalam Islam.
“Jika kita bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, Allah akan mencukupi kebutuhan kita, seperti burung yang keluar pagi mencari makanan dan pulang sore dengan perut kenyang.”
Wa’alaika Anabtu: Kembali Kepada Allah dalam Segala Hal
Potongan doa wa’alaika anabtu yang bermakna “Kepadamu aku kembali” mengajarkan kita untuk menyerahkan segala urusan, sekecil apa pun, kepada Allah.
Bahkan dalam hal-hal sederhana seperti memohon kelancaran perjalanan atau kemudahan saat mencari parkir, kita diajarkan untuk selalu mengembalikan segalanya kepada Allah.
Menurut Ustadz Khalid, inilah makna inabah, yaitu kembali kepada Allah dalam segala urusan.
Wabika Khasamtu: Memusuhi Perbuatan yang Bertentangan dengan Ajaran Allah
Bagian terakhir doa ini adalah wabika khasamtu, yang berarti “Dan kepadamulah aku memusuhi.” Ustadz Khalid menjelaskan bahwa maksudnya adalah memusuhi siapa saja yang menentang ajaran agama Allah, tetapi kebencian ini bukan kepada orangnya, melainkan kepada perbuatan maksiat yang mereka lakukan.
Memusuhi maksiat sesuai dengan apa yang Allah larang adalah bagian dari sikap seorang mukmin.