> وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَىٰ وَلِتَطْمَئِنَّ بِهِ قُلُوبُكُمْ ۗ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِندِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
"Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu) melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya,
Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al Anfal : 9-10)
Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam memutuskan untuk bermusyawarah dengan para sahabatnya mengenai langkah berikutnya.
Abu Bakar Radhiallahu Anhu, Umar bin Khattab Radhiallahu Anhu, dan sahabat lainnya mendukung penuh apapun keputusan Nabi, menunjukkan kesetiaan mereka yang tak tergoyahkan.
Salah satu sahabat Ansar, Sa'ad bin Mu'adz Radhiallahu Anhu, juga berjanji akan selalu setia membela Nabi, bahkan jika harus menyebrangi lautan.
Pada malam sebelum perang, Allah subhanahu wa ta'ala menurunkan hujan lebat di wilayah musuh yang membuat tempat mereka menjadi becek, sementara tempat kaum Muslim mendapat hujan gerimis yang sejuk dan menyegarkan.
Allah juga menurunkan rasa kantuk pada kaum Muslim, yang membantu menghilangkan ketegangan dan rasa takut, seperti disebutkan dalam Surah Al-Anfal.
Ini adalah bukti bahwa Allah mempersiapkan kaum Muslimin untuk memenangkan pertempuran.
Baca Juga: Buya Yahya: Bagaimana Cara Menjadi Teman Terbaik untuk Anak dengan Tidak Sekedar Memberikan Uang?
Di pagi hari, pasukan musyrikin dan Muslimin berhadapan.
Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam mengatur strategi yang belum pernah dilakukan pasukan Quraisy: ia meminta pasukannya untuk duduk dan bertahan.
Strategi ini membingungkan musuh, yang biasanya menyerang dengan cara bergiliran.
Saat perang akan dimulai, seorang Quraisy bernama Al-Aswad maju dengan penuh kesombongan, menantang kaum Muslim untuk duel.