Dituliskan kisah ini bermula saat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam wafat.
Baca Juga: Quzman, Kisah Sahabat Nabi yang Tampil Perkasa di Perang Uhud tapi Tidak Dimasukkan ke dalam Surga
Saat dimana Kabilah Arab keluar dari Islam secara berbondong-bondong.
Saat itu yang tersisa hanyalah penduduk Mekkah, Madinah, Thaif dan beberapa kelompok lainnya yang masih beriman.
Merebak banyak fitnah yagn datang setelah meninggalnya Kekasih Allah. Para sahabat Nabi yang setia terus berusaha untuk membuat mereka yang sesat agar jalan lurus dan memperbaiki niat mereka kembali.
Kaum murtad yang paling kuat adalah yang dipimpin oleh Musailamah. Mereka mendukung Musailamah karena fanatisme.
Mereka tahu bahwa Musailamah adalah pembohong yaqng besar, dan Muhammad adalah orang yang benar.
Tetapi, mereka lebih memilih yang pembohong besar karena berasal dari suku Rabi’ah daripada yang benar yang berasal dari suku Mudhar.
Abu Bakar Ash-Shiddiq mengirimkan pasukan dibawah pimpinan Khalid bin Walid, dimana pasukan ini dipenuhi oleh kaum muhajirin dan asnhar, salah satu diantara mereka adalah Al Bara bin Malik Al Anshary.
Baca Juga: Kisah Inspiratif Ummu Sulaim: Menyerahkan Putranya Anas bin Malik untuk Menjadi Pelayan Rasulullah
Kedua pasukan bertemu di daerah Al Yamamah di Najd. Pasukan Musailamah terlihat unggul, dan muslimin mulai terhimpit. bahkan istri Khalid bin Walid hampir saja nyaris terbunuh.
Khalid bin Walid bangkit dan mengatur pasukannya. Pasukan kaum Muhajirin di depan dan barisan Anshar di belakang.
Khalid bin Walid juga menyatukan anak-anak yang berasal dari satu bapak dalam satu panji agar dapat mengetahui musibah apa yang dialami.
Kedua kubu bersaing dan beradu perang. Kaum muslimin saat itu didukung oleh para pahlawan yang jika dikumpulkan menjadi kisah kepahlawanan yang menarik.
Ada Tsabit bin Qais pembawa panji Al Anshor yang telah menyiapkan peralatan kematiannya.
Ada Zaid bin Khattab yang menyeru pasukan muslimin,