Sementara, Amr bin Al Jamuh sendiri khawatir, jika anak-anaknya meninggalkan agama nenek moyang mereka dan mengikuti dakwah tentang Islam,
Sehingga masuk ke dalam agama Muhammad Shallallhu Alaihi Wasallam.
“Ya, Hindun! Jagalah anak-anakmu agar tidak berjumpa dengan pria itu, sehingga kita memutuskan apa yang mesti kita lakukan terhadap orang ini,” ujar Amr bin Al Jamuh.
Pria yang dimaksud oleh Amr bin Al Jamuh adalah sang pendakwah yaitu Musab Bin Umair.
“Baik kalau begitu. Akan tetapi apakah engkau bersedia mendengar langsung dari anakmu Muadz, apa pendapatnya tentang orang ini?” jawab sang istri, Hindun.
Amr Bin Al Jamuh pun marah. Mengira bahwa anaknya Muadz telah keluar dari agama nenek moyangnya.
“Tidak, akan tetapi ia pernah ikut beberapa majlis yang digelar oleh orang ini, dan Muadz ingat akan beberapa hal yang diucapkan olehnya,” ucap Hindun dengan lembut.
Amr bin Al Jamuh pun meminta agar anaknya Muadz dipanggil ke hadapannya.
Ketika anaknya datang, dia meminta agar sang anak menceritakan apa yang telah didengarnya dari Mus’ab bin Umair.
Baca Juga: Kisah Teladan: Sultan Abdul Hamid 2 Menyamar dan Mengambil Langkah Nyata Saat Harga Daging Naik
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala Puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam.
Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Sang Pemilik Hari Pembalasan. Hanya Kepada-Mu lah kami beribadah dan hanya Kepada-Mu lah kami meminta pertolongan.
Tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalan yang Kau berikan nikmat kepada mereka, bukanlah jalan yang Kau murkai,
Dan bukanlah jalan orang-orang yang sesat,” ujar Muadz membacakan Ayat Suci Al-Qur’an.