khazanah

Sudah tau belum? Ini Dia Peran Majalah Suara Muhammadiyah di Era Sebelum Kemerdekaan, Yuk Baca Selengkapnya!

Sabtu, 10 Agustus 2024 | 20:05 WIB
Peran Majalah Suara Muhammadiyah di Era Sebelum Kemerdekaan ((Foto: Genmuslim.id/dok: suaramuhammadiyah.or.id))

GENMUSLIM.id - Majalah Suara Muhammadiyah, merupakan wujud komitmen pada pencerahan dan literasi sebagai bagian dari upayanya untuk meningkatkan kecerdasan umat sedari didirikannya ormas Muhammadiyah pada tahun 1912.

KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, mengusung misi mulia untuk mengejar ketertinggalan masyarakat dengan mengadaptasi sistem pendidikan ala Belanda yang dimodifikasi sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Dalam upaya ini, Muhammadiyah tidak hanya memfokuskan diri pada pendidikan, tetapi juga pada pengembangan keilmuan melalui Bahagian Taman Pustaka, yang bertanggung jawab atas penerbitan majalah Suara Muhammadiyah pada tahun 1915.

Di tengah masyarakat yang mayoritas masih buta huruf, penerbitan Suara Muhammadiyah merupakan langkah berani yang sangat berpengaruh.

Majalah ini tidak hanya berperan sebagai media dakwah, tetapi juga sebagai alat untuk membangun kesadaran kebangsaan dan nasionalisme.

Baca Juga: Menarik! 6 Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palembang Ikuti Global Mobility Program di Malaysia

Pada tahun 1923, sebelum Sumpah Pemuda, Suara Muhammadiyah telah menggunakan bahasa Indonesia (Melayu) dan istilah "Indonesia," yang menunjukkan komitmennya terhadap persatuan bangsa.

Dilansir oleh GENMUSLIM dari muhammadiyah.or.id pada Sabtu, 10 Agustus 2024 bahwasanya majalah ini menjadi pelopor dalam membangun jembatan komunikasi di seluruh nusantara, mempermudah pemahaman dan interaksi antarindividu melalui bahasa Indonesia.

Ini menggarisbawahi peran Suara Muhammadiyah dalam memperkuat rasa kebangsaan dan membangun identitas keindonesiaan yang inklusif.

Selain itu, Muhammadiyah juga melawan penjajahan melalui pendekatan yang lebih halus dan berkelanjutan.

Melalui Suara Muhammadiyah, Muhammadiyah tidak hanya memperjuangkan kesadaran berbangsa, tetapi juga berkontribusi pada proses dekolonisasi dengan membebaskan diri dari dominasi budaya kolonial dan membangun identitas literasi mandiri.

Baca Juga: Membanggakan! Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya Wakili Indonesia di Olimpiade Paris 2024

Pada edisi tahun 1922, Suara Muhammadiyah memuat artikel tentang "Islam sebagai Agama Nalar," yang menantang pandangan kolonial mengenai agama sebagai takhayul.

Artikel ini mengklaim bahwa Islam adalah sumber inspirasi kemajuan, bertentangan dengan pemikiran antropolog kolonial seperti Edward Burnett Tylor dan James George Frazer, yang menganggap agama sebagai kepercayaan primitif yang akan ditinggalkan seiring dengan perkembangan sains.

Halaman:

Tags

Terkini