Hal ini menunjukkan bahwa dalam Islam, penekanan lebih pada kualifikasi individu dalam hal pengetahuan agama dan kemampuan menjalankan ibadah, bukan pada latar belakang atau dosa masa lalu.
Pandangan Ustadz Abdul Somad ini sejalan dengan prinsip Islam yang lebih luas yang menekankan pada perubahan dan perbaikan individu.
Islam mengajarkan bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri dan memperoleh derajat yang lebih tinggi di sisi Allah, tanpa memandang masa lalu mereka.
Oleh karena itu, kualifikasi untuk menjadi imam tidak boleh diukur hanya dari latar belakang kelahiran, melainkan dari kemampuan dan ketakwaan individu.
Dengan penjelasan ini, Ustadz Abdul Somad mengajak umat Islam untuk memahami isu ini dengan lebih mendalam dan tidak terburu-buru dalam menarik kesimpulan hanya berdasarkan interpretasi dari kitab fiqih yang tidak komprehensif.
Kualitas seorang imam ditentukan oleh kemampuannya dalam memimpin sholat dan pengetahuannya tentang agama, yang seharusnya menjadi fokus utama dalam menentukan siapa yang layak menjadi imam.***