Pada malam harinya, saudagar muslim pun bermimpi bahwa hari kiamat telah tiba, dengan rasa haus dan lapar ia melihat sebuah istana yang dibangun dari Mutiara dan pintunya terbuat dari yaqut merah, lalu dia mengangkat kepalanya dan meminta air.
Namun, Ia diberitahu bahwa istana tersebut dahulu adalah miliknya akan tetapi karena ia telah menolak untuk membantu si fakir yang meminta satu dirham darinya, maka pahalanya telah diambil darinya dan diberikan atas nama tetangganya yang beragama Yahudi karena ia telah membantu si fakir.
Saudagar tersebut terperanjat dari tidurnya, sambil khawatir merenungkan nasibnya. Lalu, ia segera mendatangi tetangganya si Yahudi.
Baca Juga: Kisah Mualaf: Beberapa Pegalaman dan Perkataan Public Figure Ketika Memutuskan Masuk Agama Islam
Tanpa menceritakan mimpinya, ia langsung berkata “wahai kawan, maukah kamu menjual pahala sepuluh dirham yang kamu berikan kepada si fakir itu dengan harga serratus dirham?” pinta pedagang muslim.
“Demi Allah seandainya kamu membelinya dengan harga seratus dinar pun aku tidak akan mau” jawab si Yahudi
“Dan andaikan kamu memintaku untuk masuk ke pintu istana di dalam mimpimu semalam, sungguh aku tidak akan mempersilahkanmu untuk memasukinya”
“Siapa yang membuka dan memberitahu rahasia mimpiku ini?” tanya Saudagar dengan penuh penyelidikan.
“Dia adalah Dzat yang apabila berkehendak maka akan terjadi” Jawab si Yahudi tegas
Lantas, seketika itu, si Yahudi bersyahadat dan masuk Islam.
Hikmah Kisah Mualaf Orang Yahudi di Hari Asyura (10 Muharram)
- Selama masih ada kesempatan berbuat baik, maka segera lalukanlah agar tidak menyesal di kemudian hari
- Setiap kebaikan yang kita lalukan Ahllah yang akan membalasnya lebih besar dari apa yang kita keluarkan.
Demikian Kisah Mualaf Orang Yahudi di Hari Asyura (10 Muharram) dan hikmahnya, semoga bisa memberi manfaat kepada para pembaca.***