Namun, pada abad ke-18 membawa perubahan politik signifikan.
Diskriminasi dari Dinasti Manchu di daratan China memicu tekanan terhadap muslim Tionghoa, yang pada gilirannya mempengaruhi hubungan dengan masyarakat lokal di Indonesia.
Eksistensi Muslim Tionghoa di Nusantara Menurun Setelah Adanya Kolonial Belanda
Pemerintah Belanda berusaha memperkuat pengaruhnya dengan kebijakan passenstelsel, surat jalan khusus bagi masyarakat Tionghoa, dan penentuan pajak yang lebih tinggi.
Terjadilah ketegangan saat penduduk Tionghoa menjadi mayoritas di beberapa daerah, khususnya di Batavia.
Upaya Belanda untuk mempertahankan supremasi mereka melibatkan pembantaian pada tahun 1740 yang menewaskan ribuan etnis Tionghoa.
Baca Juga: Ini Profil 10 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga, Yuk Simak Siapa Saja Tokoh-Tokoh Keren Itu!
Istilah "peranakan" muncul setelah peristiwa tragis ini, merujuk pada masyarakat Tionghoa yang memeluk Islam setelah trauma pembantaian.
Dengan masuknya abad ke-20, Perang Jawa menciptakan tekanan lebih lanjut bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia.
Kendati begitu, masyarakat Muslim Tionghoa terus bertahan, dan seiring berjalannya waktu, mereka tak hanya diakui sebagai "mualaf" (orang yang memeluk Islam), melainkan juga menjadi bagian integral dari keragaman budaya dan sejarah Indonesia.
Meskipun melewati ratusan tahun dengan berbagai rintangan, jejak keberadaan muslim Tionghoa tetap teguh berakar di tanah air, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kaya sejarah Nusantara dan Indonesia.***
Sobat Gen Muslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup WhatsApp "GENMUSLIM MENYAPA", caranya klik link https://chat.whatsapp.com/Gj3J3Md9EoGBu8HvPgXXEZ, atau bisa gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews kemudian join. Jangan Lupa install aplikasi WhatsApp atau Telegram di Ponsel.