Setahun setelah kepergian Khadijah, seorang sahabiah datang kepada Rasulullah dan bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak menikah lagi? Engkau memiliki 9 keluarga dan memiliki tugas besar."
Dengan sedih, Rasulullah SAW menjawab, "Masih adakah orang lain setelah Khadijah?"
Ketulusan cinta Rasulullah SAW kepada Khadijah menjadi teladan yang menginspirasi.
Bahkan, tanpa perintah langsung dari Allah mungkin Rasulullah SAW tidak akan pernah menikah lagi setelah kepergian Khadijah.
Kisah ini menjadi pelajaran tentang keikhlasan dan keteguhan cinta dalam menghadapi kehidupan berumah tangga.
Rasulullah SAW dan Aisyah Binti Abu Bakar
Cinta Rasulullah SAW kepada Aisyah memiliki nuansa yang berbeda.
Meski jika ditanya siapa yang paling dicintainya, beliau selalu menjawab Aisyah.
Rasulullah mencintai Khadijah sebagai karunia dari Allah, sementara cintanya kepada Aisyah bersifat unik.
Gabungan pesona kecantikan, kepintaran, dan kematangan diri membuat Rasulullah SAW selalu kagum ketika bertemu dengan Aisyah.
Keakraban mereka diceritakan dalam hadis, Rasulullah SAW mengajak Aisyah berlomba lari dan tertawa ketika kalah.
Suatu saat, Rasulullah membalas kekalahan tersebut dengan kemenangan, sambil tertawa beliau berkata, "Ini pembalasan yang dulu".
Keromantisan lainnya ditunjukkan saat Rasulullah SAW minum air di gelas yang pernah diminum oleh Aisyah, serta minum dari bekas bibir Aisyah.
Baca Juga: Pandangan Agama Islam tentang Ketergantungan: Mengatasi dan Memahami Perilaku yang Merusak
Kesempurnaan hubungan ini menjadi pelajaran tentang bagaimana seorang suami dapat menyenangkan harinya dengan istrinya.