GENMUSLIM.id — Salah satu sajian khas memasuki tahun baru Hijriyah adalah bubur suro atau jenang suro.
Biasanya bubur suro ini banyak dimasak oleh masyarakat Jawa sebagai tradisi kedaerahan yang sudah turun temurun dan terus dilestarikan hingga saat ini.
Dinamakan bubur suro atau jenang suro lantaran dalam penanggalan Jawa bulan Muharram sama dengan bulan Suro. Sedangkan jenang adalah istilah bubur dalam Bahasa Jawa.
Bagi orang Jawa pada umumnya, tidak lengkap rasanya nuansa tahun baru Hijriyah tanpa hidangan bubur suro.
Bukan sembarang sajian, bubur suro yang dibuat pada Bulan Muharram atau Suro di tahun baru Hijriyah memiliki filosofi tersendiri.
Secara umum, makna dari bubur suro ini adalah wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rizki dari-Nya.
Berikut ini filosofi bubur suro yang ditinjau dari bahan-bahan sederhana untuk membuatnya.
1. Bubur putih
Melambangkan kesucian jalan hidup.
2. Kacang kedelai
Melambangkan watak kesetiaan, kebaikan, ketaatan terhadap ajaran sesepuh.
3. Perkedel
Melambangkan ukhuwah dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.
4. Opor ayam
Melambangkan permintaan maaf.
5. Telur ayam dadar
Melambangkan hidup yang berkesinambungan.
6. Kering tempe
Melambangkan kesederhanaan dalam menjalani hidup.