Seperti ghibah atau membicarakan keburukan orang lain.
Ghibah mungkin bagi sebagian orang asyik sebagai kembang obrolan, tetapi ia mempertaruhkan reputasi orang lain, memupuk kebencian, serta merusak kepercayaan dan kehormatan orang lain. Contoh lain adalah fitnah.
Yakni, senagaja menebar berita tak benar dengan maksud merugikan pihak yang difitnah.
Fitnah umumnya berujung adu domba, hingga pertengkaran bahkan pembunuhan.
Sifat ini sangat dibenci Islam. Fitnah masuk dalam kategori kebohongan, tetapi dalam level yang lebih menyakitkan.
Inilah relevansi manusia dikarunia akal sehat, agar ia berpikir terhadap setiap yang ia lakukan atau ucapkan.
Berpikir tentang nilai kebaikan dalam kata-kata yang akan kita ucapkan, juga dampak yang bakal timbul setelah ucapan itu dilontarkan.
Ini penting dicatat supaya kesalahan tak berlipat ganda karena lisan manusia yang tak terjaga.
Politisi yang sering mengingkari janji itu buruk, tapi akan lebih buruk lagi bila ia juga tak pandai menjaga lisannya.
Pejabat yang gemar berbohong itu buruk namun akan lebih buruk lagi bila ia juga pintar berbicara. Dan seterusnya.
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَـافُ عَلَيْــكُمْ بَعْدِيْ كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِـيمُ اللِّسَانِ
“Sungguh yang paling aku khawatirkan atas kalian semua sepeninggalku adalah orang munafiq yang pintar berbicara” (HR At-Tabrani).
Baca Juga: Sultan Qatar Sheikh Jassim Segera Akuisisi Klub Manchester United
Jamaah Shalat Jumat rahimakumullâh,