Mengungkap Niat Tersembunyi Kedua Yahudi
Raja ini akhirnya mendatangi rumah kedua orang tersebut. Ia tidak melihat hal yang mencurigakan pada awalnya.
Mereka tetap terlihat seperti orang baik yang rendah hati dan religius. Namun, sebelum keluar dari rumah itu, raja melihat sebuah karpet yang menarik perhatiannya.
Karpet tersebut tampak sederhana, tapi entah mengapa raja begitu tertarik dan meminta agar diberikan karpet itu.
Kedua orang tersebut tampak gelisah dan mencoba menolak, mengatakan bahwa karpet itu satu-satunya yang mereka miliki.
"Kata raja itu, saya tidak tahu baru pertama kali dalam hidup saya. Saya ingin berbuat zalim. Saya ingin mengambil secara paksa," papar Ustadz Khalid.
“Waktu ditarik, ternyata di bawah karpet itu ada lubang. Dan lubang itu ternyata menuju ke kuburan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.Tinggal dua hari lagi mereka gali, itu sudah mereka bisa sampai ke kuburan Nabi SAW. Niatnya ingin mencuri jasad nabi," jelasnya lebih lanjut.
Rencana ini menunjukkan betapa liciknya mereka yang berpura-pura menjadi muslim hanya untuk mengelabui umat Islam demi mencapai tujuan yang sangat jahat.
Peristiwa ini terekam dalam sejarah Islam sebagai bukti nyata bahwa ada pihak-pihak yang menggunakan kedok agama untuk melakukan tindakan penghianatan.
Kedua orang tersebut, meski terlihat saleh dan dihormati, ternyata memiliki niat busuk yang hanya bisa dibongkar berkat campur tangan Allah melalui mimpi sang raja.
Pelajaran dari Kisah Abdullah bin Saba’ dan Dua Yahudi di Madinah
Kisah ini mengajarkan kita untuk selalu waspada terhadap siapa pun yang mungkin memiliki niat tersembunyi.
Tidak semua yang tampak saleh dan baik benar-benar memiliki hati yang bersih. Pelajaran lainnya adalah pentingnya keteguhan dan kecintaan umat Islam terhadap Nabi Muhammad SAW dan warisan beliau.
Kesetiaan dan kecintaan itulah yang menjadi penghalang bagi mereka yang ingin merusak ajaran Islam atau merendahkan kehormatan Nabi.
Sejarah mencatat peristiwa ini sebagai peringatan agar umat Islam selalu berhati-hati dan tidak mudah tertipu oleh kedok kebaikan yang bisa jadi hanya permainan belaka. ***
