Mereka sengaja membuat tulisan yang sulit dibaca, sehingga orang awam akan langsung percaya tanpa memahami maknanya.
Ustadz Khalid memberikan contoh konkret dimana sebuah restoran memiliki bingkai tertutup kain hitam berisi tulisan yang sebenarnya tidak memiliki makna apapun.
Ciri ketiga adalah penjualan dengan dalih spiritual modern.
Para penjual jimat tidak lagi mengaku sebagai dukun, melainkan menggunakan gelar konsultan spiritual, terapis energi, atau ahli spiritual.
Mereka mengemas praktik kesyirikan dalam balutan ilmiah yang terlihat sangat kredibel.
Mereka menawarkan solusi instan untuk masalah rumit seperti jodoh, rezeki, atau kesuksesan bisnis.
Metode keempat yang diungkap Ustadz Khalid adalah pemanfaatan media digital.
Kini, jimat modern dapat disebarluaskan melalui aplikasi, video online, atau bahkan konten media sosial.
Para pelaku kesyirikan menggunakan algoritma dan target marketing untuk menjangkau korban potensial, terutama mereka yang sedang mengalami kesulitan hidup.
Poin penting yang ditekankan adalah bahwa jimat modern kerap memanfaatkan kelemahan psikologis manusia.
Mereka menjanjikan solusi instan untuk masalah yang kompleks, membuat orang percaya bahwa ada jalan pintas untuk menyelesaikan segala urusan hidup.
Padahal, sejatinya keberhasilan hanya datang melalui usaha, doa, dan tawakal kepada Allah SWT.
Ustadz Khalid menegaskan bahwa umat muslim harus senantiasa waspada.