“Silahkan cek, apa ada orang puasa, mencuri, pasti tidak ada, bahkan saat dia sedang sendirian, sendirian di kantor sendirian di kamar,
Mereka punya potensi untuk menyimpang, dia tahan, karena khawatir minimal takut batal puasanya,” Ujarnya.
“Kan sering saya katakan kepada Anda, waktu buka jam 6 sore, jam 6 kurang seperempat, ada orang puasa diprovokasi,
Orang puasa dimarahin, dicela, dihina habis satu buku, apakah marah? Tidak,” Ujarnya.
Orang puasa meskipun dihina, tidak akan membalas. Karena takut pahalanya hilang.
Nah ini setiap hari kamis itu, amalan kita dinaikkan.
“Senin Nabi puasa, ditanya hari ini saya lahir, jadi sunnahnya dalam kelahiran itu puasa, maksud puasa itu mengoreksi diri.
Ya maaf kalau sedang masuk hari lahir, walaupun bukan senin bukan selasa, rabu, hari kelahiran antum, sunnahnya apa?,” Ujarnya.
“Sunnahnya puasa, mengikuti sunnah Nabi,” Ujarnya.
Tetapi puasa ini bisa diartikan 2 hal, satu haqiqi. Haqiqi itu antum benar puasa. Kedua, maknawi, mengoreksi diri di hari itu.
“Anda sudah 50 tahun, ini hari kelahiran, coba dicek, berapa banyak amalan yang ditingkatkan sampai hari ini, jangan-jangan anak 5 tahun mata buta, hafal Al Qur’an,” Ujarnya.
“Antum 50 tahun, mata sehat, fisik sehat, baca Al Qur’an pun belum mampu, cita-citanya masuk Surga Firdaus, bagaimana bisa terjadi?,” Ujarnya.
Coba kita mengingat inti puasa itu mencegah maksiat, setelah 50 tahun, berapa banyak dosa dikumpulkan karena maksiat.