“Sekali aja kita menahan lisan kita dari mencela orang lain ketika kita dicela, daripada kita mencela balik mending kita diem, sekali saja kita menahan diri untuk tidak komen atau nge reply orang lain itu derajat kita sama dengan ahli ibadah bertahun-tahun”. Jelas ustadz kelahiran Aceh tersebut.
Disini jelas, betapa mulia dan pentingnya menjaga akhlak. Selain mendapat balasan yang begitu istimewa, Allah SWT bahkan menyamakan derajat orang tersebut dengan hamba-Nya yang ahli ibadah.
Tidak jarang seseorang menyepelekan ketika berbicara soal akhlak, padahal keutamaan menjaga akhlak sedemikian hebatnya.
“Bicara tentang akhlak ini bukan hanya hal sepele yang pahalanya kecil, yang dalam agama itu syariat ringan, padahal tidak”. Tegasnya.
Maka diperlukan muhasabah diri yang kuat dalam hal ini, apakah selama ini akhlak yang dimiliki telah baik atau justru sebaliknya.
“Itulah teman-teman yang harus jadi renungan kita, kita coba intropeksi diri, gimana akhlak kita dalam urusan lisan”. Ucap ustadz Hanan Attaki menjelaskan.
Dalam era media sosial melatih ketikan jemari untuk berkomentar dan mengunggah sesuatu harus terus dilakukan. Karena pentingnya menjaga hati dan perasaan orang lain.
“Muslim yang baik, muslim yang ideal itu adalah kalau komentar-komentarnya, postingan-postingan dan jemari-jemarinya ketika mengetik huruf demi huruf, kata demi kata menyelamatkan orang lain dan tidak menyakiti orang lain”. Nasihat ustadz dalam ceramahnya.***