Kisah ini, menurut Ustadz Khalid Basalamah, mengajarkan bahwa hati yang keras dan sombong tidak akan mudah menerima kebenaran, meskipun tanda-tanda Allah telah nyata.
Firaun terus menolak dakwah Musa, bahkan setelah peristiwa besar seperti tongkat berubah menjadi ular dan kekalahan penyihir-penyihirnya.
Allah kemudian menguji Firaun dan kaumnya dengan musim kekeringan panjang, di mana bahkan Sungai Nil yang menjadi sumber kehidupan Mesir mengering.
Namun, dalam keadaan terdesak, Firaun akhirnya meminta Musa berdoa kepada Tuhannya agar hujan turun.
Baca Juga: Kisah Nabi Daud Ditegur Malaikat Jibril, Jadikan Pengingat Umat Muslim Untuk Tidak Menganggur!
Musa pun berdoa, dan Allah menurunkan hujan yang mengakhiri kekeringan.
Sayangnya, meskipun telah merasakan mukjizat Allah secara langsung, Firaun tidak juga mau beriman.
Dia tetap sombong dan tidak mau mengakui bahwa Allah-lah satu-satunya Tuhan.
Ustadz Khalid menekankan pentingnya kita menggunakan akal dan hati nurani dalam menerima petunjuk dari Allah.
Jika seseorang terus menerus menolak kebenaran, peringatan-peringatan Allah akan semakin berat.
Kesombongan dan kekuasaan, seperti yang dicontohkan oleh Firaun, hanya akan membawa seseorang pada kehancuran.
Pada akhirnya, Firaun beserta bala tentaranya ditenggelamkan di Laut Merah ketika mereka mengejar Nabi Musa dan kaumnya yang telah diselamatkan oleh Allah.
Kisah ini menjadi pelajaran abadi tentang bagaimana kekuasaan duniawi tidak akan pernah bisa menandingi kekuasaan Allah.
Ustadz Khalid mengingatkan bahwa kita harus berhati-hati dengan kesombongan dan jangan pernah merasa bahwa kekuasaan atau harta benda bisa menyelamatkan kita dari murka Allah.
