Umat Islam diminta untuk berpikir matang dan mempertimbangkan maslahat dan mudarat dari pilihan yang ada.
Bagi yang memilih untuk tidak mendukung kandidat Muslim, Ustadz Khalid Basalamah mengaitkan tindakan ini dengan ciri-ciri kemunafikan yang disebutkan dalam surah An-Nisa ayat 138-139.
Dalam ayat tersebut, Allah menyampaikan kabar buruk kepada orang-orang munafik yang menjadikan orang kafir sebagai pemimpin dan meninggalkan orang-orang beriman.
Namun, bagaimana jika seorang non-Muslim menjadi pemimpin? Ustadz Khalid menjelaskan bahwa umat Islam masih bisa mendoakan agar pemimpin tersebut mendapat hidayah dan masuk Islam.
Seperti yang terjadi pada Abu Sufyan, tokoh Quraisy yang dulunya memusuhi Islam, tetapi akhirnya masuk Islam. Ini menunjukkan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.
Di sisi lain, jika pemimpin non-Muslim tersebut zalim, umat Islam juga diperbolehkan untuk mendoakan agar Allah menghukumnya.
Ustadz Khalid memberikan opsi bagi umat untuk mendoakan pemimpin non-Muslim agar menjadi lebih baik, atau jika dia sudah terbukti zalim, memohon kepada Allah agar segera memberikan keadilan.
Dalam situasi pilkada yang akan datang, umat Islam harus bijak dalam menentukan pilihan mereka.
Ustadz Khalid Basalamah mengingatkan bahwa pilkada bukan hanya tentang politik, tetapi juga menyangkut akidah dan kepentingan umat Islam secara keseluruhan.
Oleh karena itu, umat Islam perlu berpikir matang dan bertindak sesuai dengan ajaran agama, pada Pilkada 2024 nanti, demi menjaga kepentingan Islam di Indonesia. ***