Ketika seseorang menyampaikan kebenaran dengan cara yang tidak pantas, penerima nasihat mungkin tidak mau mendengarkan, meskipun nasihat tersebut benar adanya.
Pada akhirnya, kedua belah pihak akan gagal, karena si pemberi nasihat tidak berhasil menyampaikan kebenaran dengan baik, dan si penerima tidak mendapatkan pesan yang dimaksudkan.
Dalam menyampaikan nasihat, seorang Muslim harus selalu ingat bahwa etika dan adab dalam berbicara merupakan bagian penting dari pesan itu sendiri.
Nasihat yang baik dan benar tidak hanya dilihat dari isinya, tetapi juga dari bagaimana nasihat tersebut disampaikan.
Dengan kata lain, kebenaran harus disampaikan dengan penuh hormat dan kelembutan.
Orang yang memberikan nasihat harus memahami kondisi penerima nasihat dan menyesuaikan cara penyampaian dengan keadaan tersebut.
Nasihat yang keras atau disampaikan dengan cara yang salah, bisa membuat seseorang tidak menerima nasihat tersebut, bahkan mungkin merasa tersinggung.
Selain itu, penting untuk menghindari sikap merendahkan atau condescending ketika memberikan nasihat.
Sikap seperti itu hanya akan membuat kebenaran yang disampaikan menjadi sulit diterima.
Sebaliknya, nasihat yang disampaikan dengan tulus dan penuh rasa hormat akan lebih mudah diterima oleh orang lain.
Salah satu contoh yang sering terjadi adalah ketika seseorang memberikan nasihat kepada orang lain dengan nada suara yang kasar atau dengan sikap yang merendahkan.
Meskipun isi nasihat tersebut benar, namun cara penyampaiannya bisa membuat orang yang mendengarnya merasa tidak nyaman dan akhirnya menolak nasihat tersebut.
Dalam Islam, penting untuk menjaga lisan dan sikap ketika memberikan nasihat. Kebenaran harus disampaikan dengan cara yang baik dan tidak menyakiti perasaan orang lain.