Kedua, mengambil pelajaran dari setiap musibah adalah langkah penting untuk terus bertumbuh.
Musibah dapat menjadi cermin bagi seorang mukmin untuk melihat kekurangan dirinya dan berusaha untuk memperbaiki diri.
Musibah yang datang bisa menjadi ajang introspeksi diri sekaligus peleburan dosa-dosa yang ada pada diri seorang mukmin.
Allah berfirman dalam surah Asy-Syura ayat 30:
وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍ
Artinya: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri,
Dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
Ketiga, memohon ampunan kepada Allah merupakan respons yang tepat ketika ditimpa musibah.
Dengan bertaubat dan memohon ampunan, seorang mukmin berharap agar Allah menghapuskan dosa-dosanya dan mengganti musibahnya dengan kebaikan.
Dalam surah Al-An’am ayat 43, Allah Ta’ala berfirman menghimbau hamba-Nya untuk bertaubat:
فَلَوْلَآ إِذْ جَآءَهُم بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا۟
Artinya: Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka.
Keempat, seorang mukmin yang sejati tidak akan pernah menyalahkan Allah atas musibah yang menimpanya.