Dia melihat seorang pria sedang duduk dan melihat-lihat sekitar di sebuah tempat umum. Tiba-tiba, dia merasakan kekuatan besar yang ia rasakan sebagai cinta yang sangat kuat.
Namun, walaupun ia mengalami pengalaman yang sangat kuat, ia tidak mau menerimanya.
Ia merasa bahwa kekuatan tersebut terlalu kuat sehingga ia tidak bisa mengatasinya, sehingga ia memutuskan untuk pergi.
Paul tidak menganggap kekuatan yang ia alami sebagai Yesus atau semacamnya. Namun, pengalaman tersebut membuatnya kagum dan mendorongnya untuk memulai perjalanan spiritualnya.
Meskipun Paul lahir dalam keluarga Kristen nominal, setelah pengalaman tersebut, ia memutuskan untuk pergi ke gereja untuk lebih memperdalam pengajaran Kristen.
Baca Juga: Inspiratif! Kisah Mualaf Seorang Wanita yang Memutuskan Masuk Islam Gara gara Lampu Padam, Kok Bisa?
Namun, selama perjalanannya dalam agama Kristen, dia tidak memiliki pengetahuan tentang Islam atau agama lain.
Akhirnya, dia memutuskan pada saat itu untuk menjadi seorang Kristen yang taat dan berkembang dalam keyakinannya.
Walaupun tidak ada lagi pengalaman spiritual seperti sebelumnya, keyakinan dan kepercayaannya pada Kristen saat itu sangat kuat.
Trinitas dan Kesaksian
Paul menjelaskan bahwa Yesus tidak pernah mengajarkan pengorbanan manusia seperti yang banyak diyakini orang.
Namun, dia mengajarkan tentang Tuhan yang pengasih dan penyayang.
Meskipun demikian, ada beberapa permasalahan yang diajukan dalam naskah tersebut, salah satunya adalah tentang doktrin Trinitas.
Terutama pada dua masalah besar, pertama Yesus tidak pernah mengajarkan trinitas dan tidak pula diyakini sebagai ajaran Yesus oleh para pengikutnya. Hal tersebut merupakan masalah besar bagi penulis naskah Bible.