Ketika sang ayah sakit parah dan tidak ada harapan untuk sembuh, selalu ada pemuda yang datang dan memberikan semangat hidup kepadanya.
Pemuda itu adalah tetangga Suster Agatha dan seorang muslim. Ayah Agatha begitu terkesan dengan kepribadian pemuda itu.
Sebelum ajal datang, ayah Suster Agatha berpesan kepada Agatha untuk menikah dengan pemuda itu.
Tapi Suster Agatha adalah seorang biarawati dan sangat membenci Islam. Sehingga ia tak mau memenuhi pesan itu.
Bahkan saat Suster Agatha sudah menjadi seorang muslimah pun, ia masih tak mau memenuhi wasiat itu.
Suatu hari, Suster Agatha berada dalam sebuah bus. Ia sedang dalam perjalanan menuju rumahnya.
Tiba-tiba bus berhenti mendadak untuk menghindari kecelakaan. Suster Agatha yang berdiri karena tidak kebagian tempat duduk pun terjatuh.
Kedua lutut Suster Agatha berdarah karena bergesekan dengan lantai bus yang kasar. Ia berusaha berdiri meraih apapun untuk dijadikan pegangan.
Hingga akhirnya ia memegang sebuah ikat pinggang milik seseorang. Ketika melihat ke atas, ternyata ikat pinggang itu dipakai seorang pemuda.
Menariknya, pemuda itu adalah tetangganya yang dulu selalu menjenguk ayahnya saat sakit. Pipi Suster Agatha memerah.
“Mas Yanto?” ujarnya.
“Lho, kamu di sini, dek?” jawab pemuda itu.
Singkat cerita, Suster Agatha menikah dengan pemuda bernama Yanto itu. Sungguh kisah cinta yang tak terduga.
Sekarang, Suster Agatha dipanggil dengan sebutan Bu Yanto oleh para tetangganya. Ia kini tengah belajar membaca dan menghafal Al-Qur’an di sebuah rumah tahfiz.