Dalam ayat ini setidaknya ada dua kondisi yang Allah permisalkan ketika orang-orang sedang menaiki kapal.
Kondisi pertama adalah saat kondisi kapal baik-baik saja dan semua orang bergembira. Namun tak lama kapal dihantam badai besar.
“... Maka, mereka berdoa dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya (seraya berkata), ‘Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.’”
Menanggapi ayat ini Raghib Sirjani memberikan pertanyaan mengenai kapan datang keikhlasan dan keteguhan seseorang? Yaitu ketika datang masa-masa sulit.
“Seorang hamba akan lebih dekat kepada Allah, makin khusyu doanya dan makin murnilah pengharapannya kepada Allah, sudah bukan lagi pada manusia.” Kata Raghib Sirjani.
Namun tidak berhenti sampai di situ, arti ayat selanjutnya justru yang perlu digaris bawahi.
“Namun, ketika Allah menyelamatkan mereka, seketika itu mereka berbuat kezaliman di bumi tanpa (alasan) yang benar.”
Baca Juga: 8 Arti Mimpi Melihat Diri Sendiri Menurut Islam, Salah Satu Anugerah Allah SWT Yang Patut Disyukuri
Ketika telah sirna masa berat, perjuangan dan ketakutan yang dihadapi saat badai datang, seringnya manusia menjadi lupa karena timbul rasa aman dan nyaman.
Manusia lupa pada pertolongan Allah yang menyelamatkan mereka dari dahsyatnya badai di hadapan. Oleh sebab itulah Raghib Sirjani mengatakan bahwa setiap perjuangan, dalam sejarah peradaban, waktunya lebih lama.
“Masa perjuangan selalu lebih lama daripada masa menikmati.” ***
