Dari riwayat hadis di atas dapat dipahami bahwa
perempuan yang sedang haid atau nifas boleh dan sah melakukan seluruh rangkaian ibadah haji atau umrah, termasuk berihram ketika berada di miqat makani.
Jemaah yang sedang haid hanya dilarang melakukan thawaf dan shalat-shalat sunah yang dianjurkan dalam rangkaian manasik, seperti shalat sunah setelah ihram atau shalat sunnah di belakang Maqam Ibrahim seusai menunaikan thawaf.
Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai kebolehan perempuan haid untuk berihram.
Dalam situasi seperti ini, tidak ada perlakuan diskriminatif bagi perempuan yang sedang haid.
Status yang dia sandang setelah berihram juga dianggap sama seperti jemaah lain, yakni sebagai seorang muhrimah (perempuan dalam kondisi ihram).
Seluruh larangan ihram berlaku baginya sebagaimana juga berlaku pada jemaah kebanyakan.
Sebaliknya, dia juga diizinkan untuk menunaikan seluruh rangkaian ibadah haji, kecuali thawaf. ***