GENMUSLIM.id – Menjelang sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, orang-orang sering melakukan kegiatan itikaf di masjid untuk meraih malam lailatul qadar.
Lailatul qadar sendiri adalah malam yang penuh kemuliaan dimana malam ini memiliki keutamaan lebih dari beribadah selama 1000 bulan lamanya.
Mengingat keistimewaan malam lailatul qadar, banyak ikhtiar yang dapat dilakukan oleh umat Islam seperti membaca Alquran, memperbanyak amalan sunnah, dan berdiam diri di masjid untuk beribadah.
Dilansir oleh GENMUSLIM dari kanal YouTube ShahihFiqih pada Selasa 2 April 2024, Syaikh Sulaiman bin Salimullah Ar Ruhaily menerangkan tentang tingkatan itikaf.
Tingkatan yang dimaksud oleh Syaikh Sulaiman bin Salimullah Ar Ruhaily adalah cara beritikaf bagi masing-masing kalangan sesuai dengan keadaan masing-masing.
Tentunya dengan berbagai kegiatan dan pekerjaan yang dimiliki oleh setiap orang, tidak semua orang dapat melakukan itikaf dari siang hingga malam hari.
Oleh sebab itu, Syaikh Sulaiman bin Salimullah Ar Ruhaily menerangkan tentang empat tingkatan itikaf yang dapat dilakukan.
Pertama, jika ada yang mampu untuk itikaf di sepuluh hari terakhir Ramadhan, maka itu adalah amal terbaik dan juga sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Kedua, jika ada yang tidak bisa itikaf di siang hari dikarenakan sedang terikat kontrak kerja dan sulit untuk meninggalkan pekerjaan, maka itikaf dapat dilakukan pada malam-malam sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.
Itikaf dapat dilakukan sebelum waktu maghrib tiba disertai dengan niat untuk itikaf malam itu.
Menghabiskan malam dengan itikaf hinga subuh lalu pulang ke rumah, jadi itikaf hanya di malam hari, ini bagus walau derajatnya dibawah itikaf siang dan malam.
Ketiga, jika kesulitan untuk itikaf di setiap malam, maka itikaf dapat dilakukan di malam-malam ganjil yaitu malam ke-21, ke-23, ke-25, ke-27, dan ke-29.